SEBENARNYA statistik tanpa disadari sudah sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari, coba ingat-ingat kegiatan di dapur yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga, Mereka selalu mencicipi masakan untuk memastikan apakah masakan yang diolahnya lezat, Aktifitas mencicipi ini merupakan suatu proses mengambil contoh sebagian dari populasi masakan, yang dalam ranah ilmu statistik dinamakan sampling. Coba saja kalau ujicoba masakan tadi diambil dari seluruh masakan yang ada atau dilakukan secara sensus, tentu bapak dan anak-anak tidak kebagian masakan lezat si ibu dan ibu harus memasak ulang untuk bahan hidangan keluarga.
Aktivitas mencoba buah yang hendak dibeli dari bakul buah juga merupakan peristiwa statistik. Si Pembeli mengambil buah secara sembarang atau secara acak dari sekumpulan buah yang dibawa oleh bakul buah. Setelah dirasakan buah yang dimakan ranum dan legit. Pembeli memutuskan untuk membeli buah, Tapi sebaliknya berbeda jika buah yang dicicipi pembeli diambilkan oleh bakul buah dengan memilih buah buah yang ranum saja, padahal aebenarnya sebagian besar buah dagangannya kurang baik. Tentu kekecewaan Pembeli bakal meledak setelah tahu buah yang dibelinya tidak ranum dan legit.
Sekelumit kisah aktivitas yang berkaitan dengan statistik menjadi sumber inspiratif dalam menyajikan artikel literasi statistik berikut ini.
Secara harfiah definisi literasi statistik adalah kemampuan untuk memahami bahasa statistik: kata, simbol, dan istilah. Mampu menginterpretasikan makna statistik, serta mampu membaca dan memahami statistik dalam berita, media, jajak pendapat, dan lain-lain (Garfield, 1999; Hovermill, Beaudrie & Boschmans, 2014, p. 1; Takaria, 2016).
Gottfried Achenwall (1749) menggunakan Statistik dalam bahasa Jerman untuk pertama kalinya sebagai nama bagi kegiatan analisis data kenegaraan, dengan mengartikannya sebagai “ilmu tentang negara (state)â€. Pada awal abad ke-19 telah terjadi pergeseran arti menjadi “ilmu mengenai pengumpulan dan klasifikasi dataâ€.
Dalam official statistik kita mengenal sensus penduduk yang baru saja kita lalui dengan sensus penduduk online, yang diprakarsai oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai penyelenggara mewakili Pemerintah Republik Indonesia.
Sejarah sensus penduduk menunjukkan bahwa sensus ini sudah dilaksanakan sejak 4000 tahun masehi, yaitu di Babylonia. Pada abad ke 16 dan 17, sensus dilaksanakan di Italia. Sisilia dan Spanyol untuk kepentingan militer, pajak, dan kerajaan. Sedangkan sensus modern dimulai di Quebec dan Swedia di pertengahan abad ke 16.
Kini sensus penduduk Indonesia tahun 2020 telah dilaksanakan. Sensus penduduk di Indonesia diperlukan untuk menghitung jumlah penduduk, mengetahui persebaran penduduk, lebih lanjut data kependudukan ini digunakan pemerintah sebagai landasan untuk membuat kebijakan di berbagai bidang, seperti pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain sebagainya.
Tak kalah serunya setiap kali BPS menyajikan berita resmi statistik (BRS), hampir sebagian besar dari kita selalu menunggu gerangan apakah yang telah terjadi dalam kehidupan sosial ekonomi bangsa Indonesia.
Sebut saja misalnya statistik ketenagakerjaan, pengangguran saat ini telah tembus 9,77 Juta yang melonjak sebesar 2,67 juta orang dari keadaan Agustutus 2019. Padahal Covid-19 baru saja masuk ke Indonesia Maret 2020. Lonjakan pengangguran yang sontak mangagetkan Pemerintah akibat pandemi Covid-19 begitu dahsyat pengaruhnya pada sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Kasus lain, pada September 2020 telah terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dan deflasi terendah terjadi di Bukittinggi, Jember, dan Singkawang masing-masing sebesar 0,01 persen.
Ini menunjukkan ciri perekonomian yang lesu karena tertahannya daya beli masyarakat akibat diberlakukannya kebijakan pemerintah tentang pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) dan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) yang bertujuan untuk mencegah masifnya penularan Covid-19.