Oleh : Octo Lampito
Wartawan SKH Kedaulatan Rakyat
MENARIK menyaksikan penampilan konser dari rumah Didi Kempot. Bukan karena dalam waktu beberapa jam berhasil mengumpulkan donasi sekitar Rp 5,3 miliar. Namun, Presiden Joko Widodo pun sempat hadir lewat telepon.
Jokowi hadir untuk memberikan pesan kepada masyarakat mengenai jangan mudik dahulu dan hidup bersih. ’T’he Godfather of Broken Heart’ , julukan untuk Didi Kempot yang setiap pentas dimanapun selalu disambut hangat fans, ‘sobat ambyar’. Mantan pengamen yang tekun menciptakan lagu, dengan sopan selalu mengatakan matur nuwun telah mencatat sejarah.
Bukan hanya dunia musik. Pentas di rumah dalam suasana lock down tanpa banyak komentar telah menghasilkan donasi dan perhatian publik. Didi Kempot dengan ’Sobat Ambyar’ memang sebuah fenomena.
Dalam situasi pagebluk virus korona, komunitas pecinta lagu-lagu Didi Kempot membuktikan bahwa anak muda, masyarakat mampu bantu membantu dengan donasi. Memang tidak banyak yang besar-besar jumlah rupiahnya. Namun, antusiasnya membuat server donasi sempat down, saking banyaknya donator.
Tangan di Atas
Siaran konser dari rumah yang digagas sebuah stasiun televisi swasta, membuktikan bahwa generasi milenial telah memberikan contoh konkret. Dalam menghadapi wabah virus ini, harus kompak. Yang penting berbuat, jadilah tangan di atas untuk siap membantu tanpa harus saling menyalahkan.
Mengutip komentar Menlu Singapura Vivian Balakhrisnan ketika diwawancarai televisi CNBC menyebutkan, wabah yang dialami dunia ini sekaligus ujian untuk menilai kualitas negaranya. Pertama, negara tersebut menyiapkan sistem layanan kesehatan. Siap atau sama sekali ‘ambyar’. Artinya amburadul, tak berjalan. Kedua, standar kenegaraan efektif atau tidak.
Pemerintahan yang punya kualitas tentu efektif, sigap bergerak dengan segala kemampuan yang dimiliki. Dan ketiga, adalah modal sosial negara tersebut. Ketiga faktor itu, harus kompak saling menopang.
Saling bahu membahu agar Indonesia segera lepas dari bencana. Faktor modal sosial itu yang telah ditunjukkan ‘sobat ambyar’, tidak banyak cakap, tetapi bersama saling membantu.
Karena memang menghadapi pandemi, kita lihat ada beberapa cara pandang. Jika melihat dari kacamata politik, maka yang muncul adalah saling menyalahkan lawan politik.
Gaduh. Saling tuduh bahkan mengajukan mosi tidak percaya dan saling menjatuhkan. Dari sisi ekonomi, jelas tiap hari kita banyak disuguhi keluhan hampir semua lini usaha rontok.
Muncul jutaan tenaga kerja terpaksa dirumahkan atau masuk Pemutusan Hubungan Kerja. Masyarakat Indonesia telah menunjukkan tekad bersama, membangun solidaritas.
Berita bantuan untuk warga terdampak juga hampir tiap hari kita lihat informasi aksi sosial untuk warga terdampak, atau untuk tenaga medis. Media massa termasuk SKH Kedaulatan Rakyat juga mengumpulkan dana untuk membantu.