Berebut Suara Pemilih

Photo Author
- Senin, 7 Mei 2018 | 11:35 WIB

DEBAT terbuka antarpasangan calon peserta Pilkada 2018 dari sejumlah provinsi dan kabupaten/kota disiarkan secara langsung stasiun televisi nasional dan lokal dalam beberapa waktu terakhir. Debat yang dibiayai anggaran negara itu, dilaksanakan paling banyak tiga kali oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

Pertanyaan yang menggelitik adalah apakah debat terbuka sebagai suatu komunikasi politik punya dampak politik, berupa mendulang suara dari pemilih? Perlu dipahami bahwa tujuan akhir dari suatu komunikasi politik ialah adanya saling pengertian antara komunikan politik dengan komunikatornya terhadap pesan politik yang disampaikan. Lebih jauh lagi tentu mencoblos dipihaknya.

Masing-masing paslon sangat paham bahwa debat terbuka sebagai sarana meningkatkan citra, popularitas diri, dan secara terselubung menjatuhkan citra dan popularitas pesaing di muka publik. Maka itu momen debat terbuka sangat dimanfaatkan secara optimal. Namun perlu disadari memikat pemilih tidak hanya dari debat terbuka, sebab masih ada metode kampanye lain yang harus digarap. Metode itu yakni pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga, iklan media massa dan media massa elektronik. Dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan perundang-undangan.

Pada komunikasi itu paslon menekankan bertemu langsung dengan pemilih untuk menyampaikan pesan-pesan politik. Selain merajut dan meningkatkan ikatan emosional, juga lebih meyakinkan pesan politik yang disampaikan.

***

Pertemuan langsung dengan pemilih yang ditempuh paslon seperti menjadi narasumber berbagai forum diskusi, mulai diskusi sosial kemasyarakatan, sastra, teknologi, bedah buku, bahkan menjadi pemimpin doa dan penceramah agama. Diskusi digelar dari angkringan di tengah perumahan sampai kampus-kampus terkemuka. Pada pertemuan itu, penyampaian permintaan dukungan disampaikan secara elegan, sering justru tidak menyampaikan permintaan dukungan suara secara tegas, tetapi cukup dengan simbol-simbol dan bahasa tubuh tertentu.

Menarik, sebagian paslon ada yang mendatangkan pemilih secara bergelombang ke rumahnya. Mereka berasal dari berbagai desa. Kendaraan disediakan untuk antarjemput pemilih. Dipertemuan itu paslon menyampaikan semua yang menjadi keinginannya. Sebagai catatan teramat langka di negeri ini pemilih datang berombongan hanya untuk mengetahui visi dan misi serta program kerja paslon di rumahnya. Metode kampanye kegiatan lain juga menjadi idola paslon, seperti mendatangi pasar tradisional, menengok orang sakit, hajatan, lelayu. Yang terpenting mereka dapat berinteraksi dan menarik simpati masyarakat. Dan di bulan Ramadan kegiatan akan semakin banyak. Mulai sahur bersama hingga mungkin takbir bersama paslon jelang Idul Fitri.

***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X