Menghalau Hoax

Photo Author
- Sabtu, 3 Maret 2018 | 10:10 WIB

DALAM beberapa hari terakhir, isu hoax kembali menjadi penghias media massa, elektronik, sosial Indonesia. Polisi diberitakan telah berhasil menangkap pelaku yang diduga penyebar hoax atau berita bohong. Menurut polisi, mereka adalah jaringan besar yang beranggotakan ratusan orang dengan beragam peran. Sebuah nama kelompok pun berasosiasi dengan mereka.

Siapapun pelakunya, penyebaran hoax adalah sebuah kejahatan. Penangkapan penyebar hoax, sayangnya, tidak serta merta menghentikan hoax yang sudah menyebar. Karenanya, bagi publik, ada yang lebih penting, yaitu memahami bagaimana hoax menyebar dan strategi menghalaunya. Jawaban keenam pertanyaan berikut, berdasar beragam riset, diharapkan berandil dalam mengedukasi publik.

Pertama, mengapa kita (manusia) menyebar hoax? Riset menunjukkan bahwa banyak keputusan yang kita ambil, seringkali bukan karena rasionalitas individu, tapi berdasar narasi kelompok. Di sini, kredibilitas sumber sangat mempengaruhi interpretasi sosial atas informasi. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa kita adalah pencari informasi yang bias. Mereka mencari informasi yang mendukung pandangan kita dan mengabaikan informasi yang berseberangan. Karenanya, membetulkan informasi yang salah tidak serta merta mengubah kepercayaan orang. Hasilnya adalah kamar gema, ketika informasi senada berulang dan beredar di kalangan tertutup. Di sini, biasanya terjadi eksposur terpilih terhadap informasi yang beredar dan bias konfirmasi karena kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung pemahaman sebelumnya.

Kedua, bagaimana hoax menyebar? Fitur berbagi sosial media merupakan sumber kuat penyebar hoax. Proses berbagi ini dapat dilakukan oleh pegiat media sosial atau bot, program yang ditujukan untuk maksud serupa. Media sosial yang difasilitasi Internet telah menghadirkan kekayaan informasi di satu sisi, memunculkan kemiskinan atensi individu atas informasi di sisi lainnya. Hal ini, sampai tingkat tertentu, akan mencegah pemilahan informasi berdasar kualitas. Informasi berkualitas rendah dan tinggi sama-sama dapat menyebar dengan cepat.

Biasanya, informasi, baik hoax atau fakta, menjadi viral tidak melalui rangkaian pertukaran informasi yang panjang antarpengguna-biasa. Dalam konteks ini, media, pesohor, atau tokoh dengan banyak pengikut dapat menyebar informasi dengan jangkauan luas memperpendek rangkaian.

Ketiga, siapa penyebar hoax? Hoax dapat disebar oleh beragam aktor: individu, organisasi bermotivasi finansial/politis, atau bahkan pemerintah/negara.Kita dapat menjadi penyebar hoax ketika ‘ringan jari’ dalam membagi informasi tanpa verifikasi. Partai politik dan simpatisannya juga tidak kalis dari potensi menjadi pelaku jika menghalalkan semua cara dalam memenangkan kontestasi. Ketika pemerintah memberikan informasi yang menutupi fakta yang ada, tidak sulit menyatakan bahwa mereka juga dalam golongan ini.

Keempat, mengapa kita percaya atau tidak hoax? Setiap dari kita mempunyai pandangan dunia yang berdasar pada konsep, kepercayaan, dan pengalaman, untuk menginterpretasikan dan menilai realitas. Jika hoax yang kita terima sesuai dengan pandangan dunia kita, maka kita akan cenderung percaya dengan hoax tersebut. Persepsi terhadap ancaman yang muncul karena hoax juga mempengaruhi tingkat kepercayaan kita.

Kelima, apa dampak hoax? Beragam dampak hoaks dapat diidentifikasi dengan mudah. Segregasi atau polarisasi sosial adalah salah satunya. Tidak sulit mencari ilustrasi kasus ini di seputar musim pemilihan kepala daerah. Sialnya, polarisasi ini juga terbawa ke dunia nyata.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X