DALAM rangka menyongsong Abad Samudera, Yogyakarta mulai menggeliat. Di samping pembangunan fisik seperti bandara internasional (NYIA), pelabuhan samudera Adikarta, industri pariwisata pantai juga mengubah tata ruang kota Yogya. Maka perlu digelorakan terus semangat kepatriotan Yogyakarta, seperti yang tercermin dalam Serangan Oemoem 1 Maret 1949 (SO 1 Maret). Mengapa semangat kepatriotan SO 1 Maret penting bagi pengembangan Yogyakarta?
Peristiwa SO 1 Maret berawal dari pendudukan Belanda atas ibukota RI Yogyakarta pada 19 Desember 1948 dan menawan para pemimpin RI. Setelah menguasai ibukota RI Yogyakarta, Belanda menyebar kabar bohong bahwa RI telah punah. Rakyat tidak percaya akan tipu muslihat pemerintah Belanda itu. Pada saat itu hampir semua penduduk Yogyakarta menolak kerja sama dengan Belanda.
Belanda mengetahui kunci untuk membuka kerja sama dengan penduduk Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX. Ia ditawari Belanda kedudukan Wali Negara bila mau kerja sama dengan Belanda. Sultan menolak dengan tegas, bahkan ketika Jenderal Spoor, panglima tentara Belanda di Indonesia, datang sendiri menghadap kepadanya, hanya ditemui selama sepuluh menit. Itupun Sultan membatasi pembicaraan, yakni hanya tentang keberangkatan serdadu Belanda dari Yogyakarta.
Simpati Meluas
Sementara Perhimpunan Buruh dan Pers AS mulai kritis. Mereka mengingatkan langkah tidak bijaksana : bila di Barat, Sekutu mati-matian mempertahankan kemerdekaan, sementara di Asia mempertahankan penjajahan. Akibatnya suara simpati kepada RI mulai meluas di kalangan Kongres, baik dari Demokrat maupun Republik. Kemudian beberapa senator dari kalangan Republik pada 7 Februari 1949 menyerukan agar AS menghentikan segala bantuan kepada Belanda sampai negeri itu menghentikan permusuhannya terhadap RI serta melaksanakan resolusi PBB.
Walaupun berbagai pihak mendesak Belanda agar mematuhi resolusi PBB, tetapi negara itu tidak segera mau menerima. Sementara itu Sri Sultan HB IX lewat radio Australia bisa menangkap berita kalau DK PBB akan mengadakan sidang dalam bulan Maret untuk membahas perkembangan di Indonesia. Sri Sultan berpikir apakah yang dapat diperbuat untuk mempengaruhi jalannya sidang tersebut? Yang penting, bagaimana pihak Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa RI masih ada dan TNI masih kuat.
Sri Sultan minta kepada Panglima Besar Jenderal Sudirman untuk menyerbu Belanda di Yogyakarta. Jenderal Sudirman menyarankan agar rencana serangan itu dirundingkan dengan Komandan TNI setempat. Untuk itu, Sri Sultan menghubungi Letkol Soeharto. Dengan berpakaian Jawa lengkap, Letkol Soeharto menghadap Sultan ke Kraton. Setelah mempelajari secara masak, Sri Sultan dan Letkol Soeharto sepakat untuk melancarkan serangan umum secara besar-besaran di Yogyakarta. Sri Sultan minta agar serangan tersebut tidak dilakukan dari arah selatan agar Kraton tidak rusak. Serangan umum dilakukan pada 1 Maret 1949 siang hari. Ternyata serangan umum itu dapat dilaksanakan dengan memuaskan. Kota Yogyakarta dapat diduduki selama 6 jam.
RI Tetap Tegak