LONGSOR menyapa Brebes dan Purbalingga Jawa Tengah. Di Brebes, lima orang meninggal dunia dan 15 lainnya masih dalam proses pencarian (KR, 23/2). Di Purbalingga, 4 bocah tidak bisa diselamatkan (KR, 24/2).
Longsor menjadi penanda alam telah rusak. Alam seakan menyentil keegoisan manusia yang seringkali mengeksploitasinya secara berlebihan. Alam sedang mengajarkan arti penting dirinya bagi kehidupan makhluk bernama manusia.
Eksploitasi terhadap alam secara berlebihan tentu bertolak belakang dengan realitas keindonesiaan. Republik Indonesia dihuni oleh komunitas beriman dan beragama. Mengapa keimanan dan keberagamaan belum mampu mengurai masalah itu?
Keserakahan
Alam adalah tempat dimana makhluk hidup berlindung. Alam pun telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia. Jika alam rusak, manusia tidak dapat lagi menikmati hasil alam tersebut.
Selanjutkan, jika manusia sebagai khalifah (pemimpin) tidak mampu menjaga harmoni ini, maka ia pada dasarnya telah berdusta kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri. Kedustaan manusia telah mengakibatkan ‘kemarahan’ Tuhan dengan menurunkan bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia sendiri. Keserakahan manusia untuk menguasai alam telah menjadikan mereka lupa kepada Sang Khalik.
Keadaan ini tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Diperlukan cara yang jitu guna mencegah keadaan ini. Salah satu caranya dalam mengembangkan shalah dan ishlah adalah proses penyadaran kemanusiaan.
Iman kepada Tuhan selayaknya menggerakkan manusia untuk ‘memelihara’ unsurNya. Tuhan tidak hanya menciptakan manusia di alam raya ini. Tuhan mencipta banyak rupa keindahan. Tuhan pun menjadikan jagat raya sebagai tempat bersemayam yang menyenangkan bagi manusia dan hewan. Saat jagat raya rusak, maka manusia dan hewan pun akan musnah.