SALAH satu keluhan yang dirasakan guru saat ini adalah minimnya alat peraga pembelajaran di sekolah, sehingga hasil belajarnya dirasakan kurang maksimal. Hal ini seolah-olah menjadi alasan mengapa siswa tidak dapat berprestasi dengan baik. Memang, banyak sekolah tidak memiliki alat peraga pembelajaran yang memadai dan tidak semua guru mampu membuat alat peraga sederhana.
Ironisnya ada sekolah yang mendapat bantuan alat peraga, namun hingga kini masih terbungkus, bahkan ada yang selamanya terkunci dalam almari. Guru takut menggunakan dengan alasan kalau rusak mengurangi nilai akreditasi. Permasalahannya, apakah jika tersedia alat peraga guru mau dan mampu menggunakannya? Kemudian, apakah seorang guru hanya akan berceramah ketika di sekolahnya tidak tersedia sejumlah alat peraga yang dibutuhkan?
Dua permasalahan klasik tersebut perlu dicari solusinya, antara lain optimalisasi peran pengawas sekolah memahamkan pentingnya alat peraga dalam pembelajaran.
Alkisah, pada suatu hari seorang guru mengajarkan konsep terjadinya siang dan malam karena bumi berputar pada porosnya dengan metode ceramah. Beberapa siswa tidak percaya, bumi itu berputar pada porosnya, karena ketika dia berada dimana-mana tidak merasakan perputaran itu, tubuhnya dapat berdiri tegak tidak mengalami miring atau terbalik. Lalu guru itu konsultasi kepada pengawas pembinanya, tentang kejadian di kelasnya. Oleh pengawasnya guru disarankan untuk menggunakan alat peraga terjadinya siang dan malam.
Keesokan harinya guru membawa bola yang sudah ada porosnya dan senter ke dalam kelasnya. Seorang siswa memegang senter yang menyala diarahkan ke bagian bola tanpa diputar, yang terjadi selamanya terang. Selanjutnya siswa memegang senter yang menyala diarahkan ke bagian bola, anak yang lain memutar bola pelan-pelan. Siswa menyaksikan bagian bola yang terang dan yang gelap secara bergantian. Akhirnya semua siswa menjadi percaya bumi itu bulat dan berputar pada porosnya. Ilustrasi tersebut dapat diambil kesimpulan, alat peraga sangat penting untuk menjelaskan sebuah konsep/teori dan cara kerja tertentu tanpa banyak penjelasan.
Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah antara lain melaksanakan supervisi, pembimbingan, pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan. Di sinilah sesungguhnya peran pengawas sekolah untuk memahamkan pentingnya alat peraga dalam pembelajaran. Menurut hemat penulis, pengawas hendaknya melakukan supervisi akademik dengan kunjungan kelas untuk memastikan pembelajaran oleh guru itu menggunakan alat peraga atau tidak. Selanjutnya pengawas menganalisis hasil supervisi dan melaksanakan tindakan memahamkan pentingnya alat peraga dalam pembelajaran melalui workshop, pendampingan, diskusi atau pelatihan.
Ditemukan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beberapa guru tidak bisa membedakan antara alat peraga dan alat pembelajaran/media pembelajaran. Oleh karena itu pengawas harus menjelaskan pengertian tersebut.
Menurut Sulipan (2010) alat peraga adalah alat yang dipergunakan untuk memperjelas konsep/teori/- cara kerja tertentu dalam pembelajaran atau bimbingan. Sedangkan yang dimaksud alat pembelajaran atau media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses pembelajaran/ bimbingan, misalnya papan tulis, penggaris, proyektor dan sebagainya. Ada kalanya alat pembelajaran menjadi alat peraga pada materi tertentu. Adapun jenis-jenis alat peraga meliputi poster/gambar untuk pelajaran, alat permainan pendidikan model benda/barang atau alat tertentu, benda potongan/cutaway object, film/video pembelajaran, dan gambar animasi komputer.