Moderasi Nahdlatul Ulama untuk Dunia

Photo Author
- Jumat, 2 Februari 2018 | 15:54 WIB

TANGGAL 31 Januari tahun ini, Nahdlatul Ulama (NU), ormas berhaluan Islam moderat mencapai usia 92 tahun. NU diharapkan terus teguh mengibarkan semangat Islam moderat dalam rangka menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.

Semangat moderasi Islam sudah ada jauh sebelum NU lahir. Dengan kondisi yang dihadapi saat itu, segenap ulama tanah air mengambil sikap untuk mewadahi diri dalam sebuah organisasi bernama NU.

Semangat Islam Moderat

Sejak awal didirikan, NU menetapkan qanun asasi atau aturan dasar yang meliputi aspek teologi (akidah), jurisprudensi (fiqh) serta etika (akhlak - tashawwuf) dengan memilih ajaran Islam moderat, terutama moderat di antara wahyu dan nalar. Jalan tengah inilah yang sering didengungkan oleh NU melalui konsep tawassuth (moderasi).

Di kancah dunia, faktanya NU adalah organisasi Islam terbesar (Bajunid : 2001). Di tanah air tentu saja NU adalah ormas Islam terbesar (Esposito : 2003). Namun tidak semua Muslim moderat di Indonesia berkiprah di NU maupun di ormas Islam lain yang senada dengan NU. Di belahan dunia lain, kaum Muslim moderat adalah mayoritas namun belum mewadahkan diri dalam sebuah gerakan maupun organisasi secara optimal.

Karena itu NU senantiasa konsisten menjadi garda terdepan Islam moderat di tanah air maupun di kancah dunia. NU harus selalu tampil untuk menyatukan dan menggerakkan kelompok Muslim moderat demi ketertiban dan perdamaian tanah air maupun dunia, sesuai keyakinan bahwa Islam adalah rahmat bagi sekalian alam.

Beberapa poin pembenahan yang perlu diperhatikan NU adalah, pertama: profesionalisasi organisasi secara internal. Selama puluhan tahun NU berkiprah dengan manajemen tradisional. Di tahun-tahun terakhir NU mulai giat mengadakan kegiatan pelatihan kader di seluruh bidang dan tingkat. Kegiatan ini mesti terus ditingkatkan, karena masih belum menyentuh semua wilayah secara menyeluruh. Cultural shock dari manajemen tradisional ke profesional dan disiplin adalah hal yang mesti diantisipasi.

Kedua, peningkatan penguasaan keilmuan. NU yang memiliki basis pendidikan Agama Islam pesantren mesti memiliki kader yang terus mengasah ilmu agamanya guna menjaga bangunan pemahaman Islam moderat dengan baik. Di ranah keilmuan secara umum, kader NU juga mesti terjun dalam beragam ruang science untuk berkiprah membangun peradaban dunia yang damai dan sejahtera. NU harus terus membuka ruang keilmuan melalui lembaga riset maupun perguruan tinggi yang dirintis tidak hanya untuk mengkaji ilmu Agama Islam namun juga science secara lebih luas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X