BERITA duka meninggalnya musisi legendaris Koesyono Koeswoyo, salah satu personil band Koes Plus (dulu bernama Koes Bersaudara), beredar di media sosial, Jumat pagi, 5 Januari 2018. Mas Yon (panggilan akrabnya), berpulang ke rahmatullah dalam usia 77 tahun. Beliau lahir di Tuban, 27 September 1940. Anak dari pasangan Raden Koeswoyo dan Rt Atmini ini, beristrikan Damiana Susi (cerai) dan Bonita Angelia. Dari pernikahannya dengan Damiana Susi dikaruniai Gerry Koeswoyo dan David Koeswoyo; sementara dari pernikahannya dengan Bonita Angelia dikaruniai Bela Aron dan Kenas.
Yon, terbilang vokalis handal dan mewarnai karakter lagu-lagu Koes Plus. Meski, personalia lainnya (Tony, Yok, Nomo, dan Murry), masing-masing memiliki saham berharga sebagai pengarang lagu, pemain alat musik, pengaransir lagu-lagu, dan vokalis. Kekompakan Koes Plus - sebagai keluarga maupun sebagai musisi - berlangsung abadi. Murry, sebagai personal tambahan (plus) pun hingga akhir hayat masih sering tampil bersama Koes Plus.
Sepeninggal Yon, personalia Koes Plus asli, tinggal dua orang, yakni Yok Koeswoyo dan Nomo Koeswoyo. Akankah, merdunya lagulagu Kos Plus terus membahana? Kedua orang ini, sudah lanjut usia. Betapapun semangat bermusiknya tak pernah padam, tetapi faktor fisik tampaknya menjadi kendala untuk sering-sering tampil di depan penggemarnya. Sepeninggal Tony Koswoyo (pimpinan, motor dan rohnya Koes Plus), Yon dipercaya saudara-saudaranya sebagai komandan Koes Plus baru. Ketika sang komandan pun kini telah tiada, bagaimanakah Koes Plus ke depan? Semoga ada regenerasi atau reinkarnasi Koes Plus. Yok dan Nomo sulit mampu berkiprah kembali sebagaimana mudanya.
Nusantara
Dari sekian banyak kenangan terhadap Koes Plus, lagu-lagu bernuasa keindonesiaan, cinta tanah-air, pujian terhadap alam, menjadi kenangan indah sepanjang waktu. Lagu-lagu itu diberi judul Nusantara. Terbilang dari Nusantara I hingga Nusantara V. Bahkan lagu berjudul ‘Kolam Susu’, sungguh melegenda, dan senantiasa menggugah rasa cinta tanah air itu. Perhatikan, lirik lagu Nusantara I berikut: â€Di Nusantara yang indah rumahku. Kamu harus tahu. Tanah permata tak kenal kecewa. Di katulistiwa. Hutannya lebat seperti rambutku. Gunungnya tinggi seperti hatiku. Lautnya luas seperti jiwaku. Alamnya ramah seperti senyumku.
Lagu yang dikarang tahun 1970-an itu mampu menggambarkan kondisi Indonesia pada masanya. Siapapun hidup di Indonesia kala itu, pasti membenarkan deskripsi keindonesiaan yang relatif utuh, objektif, sekaligus artistik. Di Nusantara ini tak ada kekecewaan. Manusianya ramah. Alamnya indah. Dari lirik tersebut ada pesan moral: jaga hutannya; pelihara lautnya; bersahabatlah dengan gunung-gunung; sapalah semua makhluk dengan senyuman; dan bersikaplah ramah. Luar biasa. Seandainya pesan moral ini dapat ditransformasikan menjadi sikap bangsa, pastilah, sampai kapanpun, pada bangsa ini tumbuh rasa syukur ke hadirat Allah SWT.
Tak kalah indahnya, lirik lagu Nusantara V. â€Ribuan pulau bergabung menjadi satu. Sebagai ratna mutu manikam. Nusantara, oh Nusantara. Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara. Tiada dua dimana juga. Nusantara, oh Nusantara. Siapa tak kenal Nusantara? Siapa tak suka Nusantara? Siapa tak sayang Nusantara? Oh ...â€
Nasionalisme