Menanti Lahirnya Sumpah Pemuda Jilid Dua

Photo Author
- Jumat, 27 Oktober 2017 | 15:27 WIB

MEMBAYANGKAN semangat pemuda di tahun 1928 itu pasti meledak-ledak. Tidak ada rasa takut, penuh keberanian mengikrarkan sumpahnya dalam Kongres Pemuda. Peristiwa ini dipelopori organisasi Pelajar Indonesia (PI). Jiwa patriot tumbuh spontan karena perasaan senasib, merasa tertindas bersama sehingga menempatkan penjajah sebagai musuh bersama. Ledakan semangat bercampur kemarahan inilah yang melahirkan Sumpah Pemuda untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia.

Sumpah ini menjadi tonggak sejarah, dan janji pemuda yang terkandung di dalamnya menjadi kekuatan dahsyat yang tak terbendung hingga tercapailah kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Itulah perjuangan panjang untuk mewujudkan negara yang berdaulat dalam bidang politik. Kemerdekaan telah diperoleh bukan karena kemenangan teknologi/senjata perang, akan tetapi karena kristalisasi kekuatan ideologi yang selalu dilandasi rasa iman dan taqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Pada saat itu teknologi dan senjata kita pasti kalah dibandingkan Belanda, Jepang maupun Inggris. Tetapi kita menang dan merdeka karena para pemuda berjuang dengan niat yang lurus melalui sumpah pemudanya. Mereka juga menyempurnakan usaha dengan sungguh-sungguh menggalang kekuatan dari seluruh elemen dan kewilayahan pemuda. Menjaga persatuan serta kesucian perjuangan dengan semangat ideologis tanpa pamrih, dan tampak kebanyakan mereka para pejuang adalah ahli dalam ibadah, selalu taat, berdoa dan berserah diri kepadaNya.

Kemandirian

Selayaknya pemuda mencontoh dan mengambil makna dari peristiwa itu untuk berjuang dimasa sekarang. Hari ini kita memang sudah merdeka, berdaulat di bidang politik sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan diakui dunia. Akan tetapi bangsa ini masih jauh dari kemandirian di bidang ekonomi. Pasar kita masih banyak terjajah bangsa lain, barang yang bisa diproduk sendiri saja seperti air putih, cabe atau sekadar sambal warga cenderung membeli. Ironisnya hal itu juga terjadi di desa-desa kantong kemiskinan yang seharusnya lebih banyak berhemat dengan membeli produk sendiri.

Tidak mengherankan jika masih besar uang yang mestinya bisa beredar di Indonesia harus lari ke luar. Terlebih jika melihat besarnya belanja rokok, alat transportasi dan komunikasi yang banyak dibeli karena diinginkan bukan dibutuhkan. Banyak di antara kita yang belum berprestasi tetapi ingin prestise ( Jawa : durung pecus keselak besus, bodho, miskin tapi nggaya). Para pemuda harus berfikir keras, bergerak dan bangkit mencari solusinya.

Di Kulonprogo sengaja penulis munculkan ‘Sumpah Bela dan Beli produk sendiri’ dengan maksud tentu bela dan beli Indonesia. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) sendiri, selama ini PDAM lebih banyak hanya mengerjakan hal yang rutin menyediakan air mandi. Mari kita berjuang menguasai produksi dan pasar air kita sendiri. Hal ini penting agar pasar lokal bisa dikuasai oleh perusahaan rakyat sehingga pada gilirannya keuntungan kembali kepada rakyat. Beras untuk warga miskin dari Bulog harus dibeli dari petani lokal Kulonprogo, begitu juga produk-produk lain seperti batik dan seragam sekolah, toko modern yang dibangun adalah Tomira (Toko Milik Rakyat) dan peraturan daerah yang menyertai adalah Perda Perlindungan Produk Lokal.

Menunggu

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X