KR Menapak Tahun Politik

Photo Author
- Rabu, 27 September 2017 | 21:15 WIB

SURAT kabar Kedaulatan Rakyat, hari ini genap berusia 72 tahun. Dalam usia demikian, harus terus diuji. Koran ini memang sejak lahir menjadi surat kabar yang terus berjuang. Bukan hanya masa perjuangan ketika tanah air baru saja dinyatakan merdeka dari penjajahan. Kini, kembali berjuang karena harus bertahan di era teknologi internet.

Saat ini kita sedang menuju era 'Hyperbrave New World', atau masa perubahan yang sangat cepat akibat perkembangan teknologi. Salah satunya adalah teknologi internet yang tak bisa dihindari. Fenomena ini bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di dunia.

Sementara upaya menghadapi teknologi informasi, juga masih gagap. Di antaranya adalah munculnya media sosial yang memunculkan hoax, berita-berita palsu yang celakanya kini menjadi ladang bisnis. Perpecahan bangsa, isu sara, ujaran kebencian adalah masalah yang kini melekat pada bangsa ini. Dunia politik memanfaatkan sebagai upaya pemenangan kelompoknya, menambah parah suasana kebangsaan negara ini. Perpecahan, lemahnya demokrasi, radikalisasi, disintegrasi dan intoleransi adalah masalah yang kini dihadapi bangsa ini.

***

'Kedaulatan Rakyat' koran yang sejak lahir punya komitmen terhadap kokohnya NKRI, harus bergelut di pusaran ini. Apalagi sebagai media massa yang bermazab pers Pancasila, tentu punya tugas memperkokohnya.

Kini, menyongsong Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019, tahun yang diperkirakan bakal menjadi tahun politik, suasana hangat sudah terasakan sejak sekarang. Segala gerakan ini menjadi santapan politik. Munculnya masyarakat granular atau masyarakat dalam kelompok kecil akibat perpecahan sosial, bisa berdampak buruk untuk sebuah keutuhan bangsa. Perpecahan sosial inilah yang dikhawatirkan bakal meluas pada bangsa ini, yang tidak seharusnya terjadi menghadapi pesta demokrasi.

Kita lihat di media televisi misalnya, mayoritas media audio visual itu sudah beraroma politik. Informasi yang diberikan sering berkait dengan platform politik pemiliknya. Aroma itu kental sekali. Kasus pilpres yang lalu adalah contoh buruknya perpecahan itu. Sementara media sosial sudah makin terasa dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan pemilik/kelompoknya. Dibongkarnya sindikat produsen 'hoax' Saracen adalah buktinya.

Informasi sampah yang menyesatkan memang bisa datang dari platform media apa saja. Dalam tahun politik itu, bukan tak mungkin media massa tak lagi sekadar mengejar rating, oplah, traffic kunjungan dan page news. Tetapi terang-terangan untuk kepentingan politik dan duit.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X