PENYAKIT degeneratif (diabetis, hipertensi, jantung dan gagal ginjal) akibat penuaan atau gaya hidup tak dapat disepelekan. Disamping kasusnya makin meningkat, menurut Wakil Bupati Sleman Dra Sri Muslimatun MKes saat sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) beberapa waktu lalu juga menyedot sebagian besar (80%) alokasi jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Dengan makin panjangnya usia, makin rawan terkena penyakit degeneratif.
Hasil survei BPS tahun 2015 memang menunjukkan, usia harapan hidup (UHH) rata-rata orang Indonesia naik dari 65,5 di tahun 2000, menjadi 70,8 tahun. Survei itu juga menunjukkan, UHH tertinggi dicapai Provinsi DIY, sebesar 74,4 tahun. Di DIY, rata-rata usia tertinggi dicapai Kabupaten Sleman: laki-laki 74 tahun, perempuan 76 tahun. (KR, 27/7). Disusul Jateng (74 tahun), Kaltim (73,7 tahun), DKI Jakarta (72,4 tahun) dan Jabar (72,2 tahun). Terendah Prov Sulawesi Barat, 60,5 tahun.
***
Tapi setelah bonus demografi (tingginya angka penduduk usia produktif) dewasa ini, dan Indonesia akan menduduki salah satu kekuatan ekonomi dunia tahun 2035, dimungkinkan juga akan terjadi booming lansia (manusia lanjut usia, di atas 60 tahun). Dari sekarang 21 juta, menjadi 48,2 juta. Kini, dari UHH nasional 70,8 tahun, hanya sehat sampai usia 63. Di atas itu banyak yang sakit-sakitan, tak produktif, tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang lain.
Sekarang, dua pertiga dari yang 21 juta lansia tak berhenti bekerja, seraya menggarap sawah, mengasuh cucu, kendati kerap tak dibayar atau dihargai. Padahal, pada saat-saat sepuluh tahun terakhir kehidupannya inilah - menurut rasio Health Adjusted Life Expectancy versi WHO- kesehatan mereka merosot dan butuh biaya kesehatan ekstra. Ditemukan persepsi negatif masyarakat mengenai lansia dengan 5B: blawur, beser, budeg, bingung dan ujungujungnya bablas.
Susenas 2015 menunjukkan, 30% (7 dari 21 juta) lansia mengalami disabilitas : ringan, sedang sampai berat. Pendampingan khusus diperlukan agar yang ringan tidak menjadi berat. Degenerasi organ tubuh adalah proses alamiah, dan tak dapat dilawan. Tidak sedikit yang menyandang beberapa penyakit menahun, sehingga di 10 RS besar ada poliklinik geriatric terpadu. Dengan tim dokter lintasdisiplin seperti di RSCM, RS Dr Sutomo, dan RS Dr Sardjito.
Pemerintah dan masyarakat perlu mempersiapkan skema perawatan jangka panjang. Negara maju seperti Jepang, tak mampu menanggung lansia sakit jangka panjang, misalnya perawatan stroke di rumah sakit. Menurut Direktur Centre for Ageing Studies UI, Prof Tri Budi Rahardjo, mengingat besarnya biaya, Jepang memindahkan perawatan ke rumah tangga, dengan obat dan pengasuh yang dibiayai asuransi.
***