72 TAHUN sudah Indonesia mengalami merdeka. Dengan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia semoga bisa membawa perubahan pada kemerdekaan ekonomi Indonesia. Karena itu, kemerdekaan yang sudah dicapai harus diisi dengan baik. Kemerdekaan itu mengingatkan apa yang dulu diraih dengan kerja keras oleh para pejuang hingga mengorbankan nyawa.
Karena itu, kemerdekaan yang dicapai harus dijaga sebaik-baiknya. Kita harus mempertahankan kemerdekaan, terutama merdeka di bidang ekonomi. Kemerdekaan yang sudah kita capai selama 72 tahun harus bisa memberi kesejahteraan, kemakmuran, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Itulah makna kemerdekaan ekonomi sejatinya.
Dengan demikian, kemerdekaan ekonomi harus menjadi prioritas utama bagi program pemerintah dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia di tengah melemahnya daya beli konsumen dan dunia usaha yang semakin kurang bersahabat. Perlambatan ekonomi harus segera diselesaikan demi menuntaskan janji kemerdekaan ekonomi melalui nawacita.
Realitas melemahnya ekonomi bangsa Indonesia saat ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang begitu lebar, antara kaum proletar dan borjuis. Munculnya kemiskinan massal, kemakmuran sepihak, kepincangan ekonomi regional yang selalu meningkat, ketidakseimbangan pertumbuhan populasi, pemakaian sumber-sumber alam yang tidak terpulihkan dengan cara yang tidak rasional, juga proses produksi dan konsumsi yang tidak sesuai dengan daya lingkungan.
Ekonomi yang melambat kini sedang menimpa perekonomian kita. Tidak adanya daya beli konsumen, sehingga masyarakat tidak mampu membeli barang, karena tidak punya uang. Dampak ini menyebabkan pada kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Selama periode September 2016- Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 188,19 ribu orang (dari 10,49 juta orang pada September 2016 menjadi 10,67 juta orang pada Maret 2017). Itulah fakta yang nampak terjadi saat ini atas kemiskinan ekonomi di Indonesia pada tahun 2017.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2017 sebesar 5,01% dianggap masih menunjukkan perekonomian Indonesia dalam keadaan yang baik.
Namun jika data itu dibongkar, konsumsi rumah tangga tumbuh tipis 4,95%. Dari angka di kuartal I-2017 sebesar 4,94%. Hal tersebut menandakan daya beli masyarakat lesu, padahal di Juni ada momen Lebaran, yang biasanya mengangkat angka konsumsi masyarakat, kenaikan harga dan nilai tukar rupiah mempengaruhi konsumsi daya beli masyarakat. Selain itu, pengaruhnya terhadap investasi yang merupakan penyerapan anggaran terkait dengan merger pemerintahan yang baru. Karena itu, yang perlu diperhatikan dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang melemah saat ini adalah para menteri-menteri kabinet pemerintahan Jokowi-JK harus lebih fokus pada persoalan ekonomi dan kemiskinan.