PRAJA Muda Karana (Pramuka) hadir di Indonesia sejak 56 tahun yang lalu tepatnya 14 Agustus 1961. Berbagai tantangan telah dihadapi oleh anggota yang berusia remaja sampai dewasa ini. Kini di usianya tidak lagi muda justru ada tantangan yang harus dihadapi pramuka, kemajuan teknologi yang tidak terkendali terutama dunia siber, internet ataupun media sosial pada umumnya.
Catatan sejarah mengungkap saat ini Gerakan Pramuka memasuki generasi ketujuh. Seperti dikutip antaranews.com, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault menjelaskan generasi pertama (1880 - 1900) yaitu HOS Tjokroaminoto, Haji Agus Salim dan rekan - rekan dengan menamakan Pandu. Generasi kedua (1900 - 1910) yaitu Soekarno, Hatta dan Natsir sebagai penggerak kepanduan. Generasi ketiga (1920 - 1940), Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Soeharto dan Tien Soeharto pendukung sarana dan prasarana bagi kaum muda pramuka. Generasi keempat (1940 - 1950) yaitu Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono dengan melahirkan Undang - Undang tentang Gerakan Pramuka. Generasi kelima (1960 - 1970) para menteri dan pemimpin organisasi nasional. Generasi keenam (1980 - 1990) generasi dengan usia tertua 35 tahun dan generasi ketujuh (1990 - 2000) dengan generasi usia tertua 15 tahun.
Rentan
Generasi ketujuh inilah yang rentan terhadap perkembangan teknologi terutama siber. Karena teknologi saat ini telah menghubungkan seluruh manusia di dunia tanpa batas melalui media yang memudahkan penggunanya, seperti media sosial baik facebook, twitter, path, instagram, wechat ataupun whatsapp. Dibalik kemudahan tersebut, bila generasi pramuka ketujuh tidak mampu membedakan antara sisi positif dan negatifnya akan mudah terbawa arus teknologi tersebut. Sebagai contoh setiap saat menggunakan media sosial tersebut dengan kurang berguna dan kurang positif bahkan generasi muda betah berlama - lama menggunakan gawai yang dimiliki sampai melupakan kewajibannya untuk belajar ataupun menjalin komunikasi dengan orangtua maupun teman sebayanya. Bahkan tidak jarang karena terlalu asyiknya tersebut rentan terhadap tindak kejahatan melalui media sosial tersebut, seperti potensial menjadi korban penculikan, korban perkosaan, korban pemerasan dan lain sebagainya.
Tantangan inilah yang harus dihadapi seorang pramuka. Bukan dalam arti pramuka antiteknologi. Tetapi justru pramuka harus dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada agar terjalin interaksi antarpandu (pramuka hanya di Indonesia dan di dunia lebih disebut sebagai pandu) seluruh dunia. Namun terhadap perkembangan teknologi yang tidak terkendali tersebut sebagai generasi ketujuh pramuka harus dapat bersikap bijak untuk dapat memilah dan memilih mana yang baik bagi dirinya. Dan mana yang harus dijauhkan yang dapat berpotensial pada hal yang merugikan dan kurang memberikan manfaat. Dengan demikian insan pramuka harus mampu belajar untuk berpikir, belajar untuk bekerja, belajar untuk mandiri dan belajar untuk menjadi diri sendiri. Jangan sampai insan pramuka mudah terbawa arus pada teknologi yang tidak terkendali bahkan terjerumus pada hal yang menyesatkan.
Generasi ketujuh pramuka tersebut harus dapat melakukan inovasi kreatif pada perkembangan teknologi yang ada tanpa mengesampingkan teknologi tersebut. Tetap mengoptimalkan gerakan yang fleksibel, menyenangkan, menarik dan disukai anggotanya tanpa harus mengesampingkan fungsi utama dari adanya gerakan pramuka yaitu membentuk pendidikan karakter, pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan, pembentukan soft skill (komunikasi, kemanusiaan, kepercayaan diri dan kepemimpinan). Metode pembelajaran dan kegiatan perlu dimodifikasi dengan baru agar menjadi pramuka tetap keren.
Kompetisi Kreativitas
Sebagai contoh dengan mengadakan interaksi sosial sesama pramuka dengan media teknologi yang ada ataupun giat kompetisi kreativitas bagi pramuka tentang kepramukaan yang berhubungan langsung dengan nilai - nilai dalam pramuka baik Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka (blog, postingan instagram ataupun selfie). Dengan demikian generasi pramuka saat ini dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas dirinya akan potensi yang dimiliki tanpa harus anti teknologi.