Penggalian khasanah Islam dalam bidang lingkungan juga diwujudkan dalam budaya dan dipraktikkan oleh masyarakat. Sebagai pendiri Kraton Yogyakarta yang juga seorang muslim, Sri Sultan Hamengku Buwono I mencetuskan konsep pelestarian lingkungan melalui filosofi â€Hamemayu Hayuning Bawanaâ€. Filosofi ini memiliki dimensi universal dan kondusif bagi upaya-upaya pelestarian lingkungan. (Anshoriy, 2008).
Keselamatan Lestari
Dalam wacana masa kini, konsep tersebut diartikan sebagai nilai-nilai yang menjamin keselamatan lestari yang berkelanjutan, yang bertumpu pada keputusan generasi sekarang.
Hamemayu hayuning bawono tidak bisa terwujud begitu saja tanpa adanya Rahayuning Bawono Kapurba Waskithaning Manungsa atau kelestarian alam tidak akan terwujud tanpa adanya kewaspadaan manusia. Kewaspadaan yang dimaksud adalah kewaspadaan terhadap kerusakan lingkungan yang akan terjadi apabila manusia mulai serakah.
Kisah lain almarhum Kiai Basid, Pimpinan Pondok Pesantren An Nuqayah di Sumenep, Madura, mendorong santri-santrinya menanam pohon, membangun hutan rindang, untuk menghasilkan sumber mata air menjadi sungai jernih mengalir di Pondok Pesantren bagi kesempurnaan salat ibadah agama. Berkatalah Kiai Basid, â€Untuk kesempurnaan ajaran Islamlah, saya didik santri agar senantiasa bersih dalam melaksanakan salat. Untuk ini dibutuhkan air jernih yang lahir berkat terlestarikannya lingkungan hidup.†(Salim, 2007).
(Arif Sulfiantono Shut MSc MSI. Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 5 Juni 2017)