Panggil Mereka Kartini Saja

Photo Author
- Selasa, 25 April 2017 | 11:32 WIB

Akan seperti apa rakyat kita?

Jika lahan saja mereka tak punya

Sumber penghidupan tidak ada

Protes kepada penguasa seakan percuma

Penguasa tutup telinga dan mata

Satu tujuan penguasa

Memperkaya diri mereka

BARISAN ibu di Kendeng tidak kenal lelah memperjuangkan keinginan anak cucu. Perlawanan penolakan pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2014 lalu. Perlawanan damai mereka lakukan dengan tinggal di tenda perjuangan menahun. Bukan tanpa alasan, mereka mempertahankan keseimbangan alam. Pasalnya, lokasi pendirian pabrik semen di Kecamatan Gunem Rembang berada di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih di daerah karst Kendeng Utara. Penetapan kawasan karst tersebut dikuatkan dengan Keputusan Presiden (Kepres) No 26 tahun 2011. Selain Kepres, CAT Watu Putih juga masuk dalam kawasan lindung geologi yang harus dilindungi sesuai Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2030. (https://tirto.id/- tambang-dan-pabrik-semen-rembang-mengancam-sumber-air-cefA).

Sumber mata air melimpah berada di kawasan CAT Watu Putih. Terdapat 109 mata air yang menghidupi 607.188 jiwa di kecamatan Kabupaten Rembang. Bila disimulasikan, mata air yang terkecil adalah 0,02 liter/detik dalam 1 hari/24 jam/3600 menit/86400 detik sehingga akan menghasilkan air sejumlah 1728 liter dalam satu hari. Mata air dengan debit terbesar 600 liter/detik dalam 1 hari akan menghasilkan 51.840.000 liter air dimana kurang dari 10% dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan masyarakat dan sisanya terdistribusi ke lahan pertanian. (dok gugatan sengketa SK Gubernur Jawa Tengah No 660.1/17 tahun 2012).

Panggil Mereka Kartini

”Tak hanya R.A. Kartini, menurutku semua perempuan yang menghargai dirinya, menghargai dan menginginkan kemajuan sesamanya, Harum namanya,” ucap Gus Mus. (twitter A Mustofa Bisri 20/4/2013). Itu pula yang dilakukan Kartini Kendeng, menghargai dan merawat alam untuk kebutuhan dan kemajuan umat hingga zaman nanti. Kartini Kendeng merawat bumi, mereka mengibaratkan bumi sebagai ibu yang mampu melakukan reproduksi dan menghidupi semua makhluknya. ”Ibu bumi wis maringi, Ibu bumi dilarani, Ibu bumi kang ngadili,” merupakan kalimat yang selalu Kartini Kendeng dengungkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X