Moralitas Lokal
UGM perlu menjadi model pengembangan ilmu pengetahuan yang berpegang teguh pada spritualitas dan moralitas lokal. Ke depan, justru ini yang akan menjadi daya tarik UGM. Kalau UGM bersaing dalam ilmu pengetahuan modern, maka UGM tidak akan pernah menjadi penting dan menarik perhatian dunia. Karena apa yang kita pelajari, telah mereka pelajari puluhan atau ratussan tahun yang lalu. Bahkan dunia Barat justru mulai mengembangkan ilmu pengetahuan yang spritual dan bermoral, yang justru telanjur kita remehkan.
Lebih khusus lagi, bahwa spritualitas lokal masyarakat Yogya tidak boleh dipisahkan dengan UGM. Nilai-nilai pengembangan ilmu pengetahuan ke-UGM-an harus berbasis hal itu. Jika tidak, UGM tidak akan pernah memberikan ciri khasnya. Itu artinya, UGM tidak akan pernah menjadi dirinya. UGM hanya akan menjadi satu titik tidak penting dari ribuan universitas yang berlomba-lomba untuk seolah berkelas, tapi tidak dirasakan penetrasi spritualitas dan moralitas budayanya dalam masyarakat.
Singkat kata, ruang yang memungkinkan kembalinya UGM pada aras kepribadian yang berkarakter lokal/Yogya, adalah dengan memprioritaskan ruang-ruang ilmu teknologi seni dalam berbagai dimensinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi gamelan, keris, kuliner/- pangan, wayang, energi batin, olahraga tradisional, perangkat keras musik dan teater yang khas lokal dan sebagainya. Jika ini kita lakukan, UGM akan menjadi sangat penting ke depan.
(Dr Aprinus Salam. Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Kamis 20 April 2017)