YOGYA adalah daerah istimewa, miniatur Indonesia. Ada banyak warna, suasana, dan kesan yang selalu khas Yogya. Organisasi apapun yang tumbuh di Yogya, menemukan keistimewaan yang selalu membuat hati tak bisa melepaskannya. Termasuk organisasi kaum muda Nahdlatul Ulama (NU) bernama Fatayat. Fatayat di NU ini untuk pemudi, sementara pemudanya bernama Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Keduanya menjadi tonggak anak muda NU yang terus berkiprah membangun peradaban Yogya yang istimewa.
Fatayat itu indah, apalagi berada di daerah istimewa. Uniknya, Pengurus Fatayat di daerah istimewa ini baik Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) maupun anak Cabang (tingkat Kecamatan) beragam latar belakang. Ada yang murni aktivis, akademisi, pengasuh pesantren, penulis, bahkan ibu rumah tangga. Perempuan-perempuan ini mampu berbaur mesra dengan masyarakat Yogyakarta, mereka bergerak melalui pemberdayaan perempuan, baik itu keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan maupun kreativitas.
Berdakwah dengan spirit rahmatan lil 'alamin adalah metode gerakan Fatayat. Selain itu program-program kegiatan yang dilaksanakan Fatayat memiliki latar belakang kuat sehingga akan bermanfaat bagi masyarakat. Sebut saja program pendidikan kesehatan reproduksi bagi komunitas pesantren dan remaja masjid se-DIY, ini merupakan salah satu program unggulan Fatayat periode 2011-2017.
Program ini muncul karena pada kenyataannya risiko-risiko perilaku seksual dan reproduksi yang menyimpang terjadi dan mengancam seluruh lapisan usia, dari anak-anak hingga dewasa. Contoh risiko reproduksi seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi tidak aman, kanker rahim, hingga kematian akibat proses reproduksi dan infertilitas. Selain itu risiko seksual seperti kekerasan seksual, infeksi menular seksual (IMS), hingga HIV & AIDS. Dari semua risiko tersebut, perempuan banyak yang menjadi korban. Komunitas pesantren yang dipilih sebagai peserta, karena para santri berasal dari berbagai macam daerah dari Sabang sampai Merauke dan sebagian besar adalah remaja, maka penting mengetahui pendidikan ini. Program ini dilaksanakan di 12 pesantren di DIY dan 1 remaja masjid di daerah Bantul.
Etos gerakan ini merupakan wujud komitmen Fatayat menjaga daerah istimewa. Dengan mendidik perempuan menjadi kader yang sehat lahir-batin, mereka akan menjadi 'warga Yogya' yang bergerak meneguhkan perdamaian. Juga, menjadi agen untuk keamanan dari perilaku menyimpang. Fatayat tidak akan tinggal diam, akan selalu bergerak dan setia memberikan semua potensi untuk keistimewaan Yogyakarta.
Dalam konteks ini pula, Fatayat juga membangun program pelatihan jurnalistik bagi perempuan. Dari pelatihan tersebut, banyak muncul penulis perempuan yang aktif, baik di media sosial maupun media massa dalam mengampanyekan propaganda positif dan berkeadilan.
Kemandirian Perempuan
Selain itu gerakan ekonomi mandiri masih menjadi tujuan utama bagi Fatayat. Adanya Koperasi Yalisa (Yasmin Lintang Sanga) membantu perempuan-perempuan untuk belajar berbisnis, berbagi ilmu tentang kesejahteraan juga melatih kreativitas. Karena bagaimanapun perempuan di zaman sekarang harus bisa menjadi perempuan mandiri untuk menciptakan keluarga sejahtera.