Nasionalisme ala Sepakbola, Pesan dari Yogya

Photo Author
- Senin, 6 Februari 2017 | 19:35 WIB

SABTU, 4 Februari 2017 merupakan hari bersejarah dalam persepakbolaan Indonesia yang mati suri sejak induk organisasi sepakbola Indonesia dibekukan FIFA. Betapa tidak! Pada hari tersebut, Presiden Joko Widodo membuka dengan resmi turnamen sepakbola berskala nasional: Piala Presiden. Kota Yogyakarta menjadi kota pembuka penyelenggaraan turnamen.

Tidak tanggung-tanggung, 20 tim sepakbola, yaitu 18 tim dari Liga Super Indonesia dan 2 (dua) tim dari Divisi Utama ikut meramaikan. Beberapa di antaranya dari Indonesia Barat, semisal Semen Padang FC dan Sriwijaya FC. Dari Timur ada Persipura Jayapura dan Perseru Serui. Ada Persiba Balikpapan, Barito Putra, Pusamania Borneo FC. Juga terdapat PSM Makassar. Lainnya berasal dari Pulau Jawa, Bali, dan Madura.

Kehadiran Presiden Joko Widodo dalam acara pembukaan turnamen ini memberikan nuansa tersendiri. Mengenakan kemaja putih dalam keramahan Yogyakarta, pantaslah bagi kita untuk meninggalkan sejenak hiruk-pikuk Jakarta. Lupakan sejenak bola-bola liar politik ibu kota, berkonsentrasi pada bola di Stadion Maguwoharjo Sleman, yang menurut Presiden Joko Widodo: mempersatukan, menciptakan prestasi, dan menggembirakan! Melalui sepakbola, Presiden kita memberi pesan sederhana ini: nasionalisme.

Mempersatukan

Meski singkat, Presiden Jokowi memberi pesan nasionalisme dalam sepakbola, yaitu supaya menjadikan sepakbola sebagai pemersatu, sepakbola untuk menciptakan prestasi, dan sepakbola menjadi tontonan yang menggembirakan. Adalah Sindhunata, dalam salah satu catatan trilogi sepakbola-nya (‘Bola di Balik Bulan’, 2002), menulis : ”Diakui atau tidak, arena bola sejak dahulu kala selalu menjadi panggung, di mana orang menumpahkan rasa nasionalismenya... Di lapangan hijau, pemain Inggris tidak hanya menggiring bola, tetapi dianggap (atau menganggap diri) melakukan perbuatan patriotis. Dulu pernah kepala Terry Butcher (stopper Inggris) berdarah karena bertabrakan dengan kepala pemain Swedia dalam sebuah duel udara. Manajer Bobby Robson menganggap darah Butcher sebagai darah patriot yang tertetes untuk membela tanah tumpah darahnya”.

Chauvinisme sepakbola ala Inggris memberikan gambaran bahwa meskipun setiap pemain berada dalam tradisi klub yang berbedabeda, namun dalam satu tujuan membela tim nasional, setiap pemain bersatu. Hal itu hanya bisa terjadi apabila gesekan-gesekan perbedaan dikurangi. Rumah bangsa kita ibarat tim sepakbola. Diperlukan visi bersama yang menguatkan persaudaraan di antara perbedaan, dibutuhkan kerendahan hati untuk melepaskan perbedaan demi persatuan.

Itulah sebabnya dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo berulang kali memberi pesan untuk menciptakan sepakbola yang mempersatukan. Dalam A Sociology of Football in a Global Context, Jamie Cleland (2015) menguraikan bahwa sepanjang sejarah manusia, sepakbola telah menjadi semacam katalisator bagi ikatan sosial, kegembiraan dan integrasi. Belajar dari sepakbola, nasionalisme bermakna Bhinneka Tunggal Ika!

Menciptakan Prestasi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X