MALAKA adalah salah satu kota di Malaysia yang dinobatkan menjadi kota bersejarah UNESCO (world heritage site) pada 2008. Berpenduduk 484.885 jiwa. Basis perekonomian kota ini adalah pariwisata. Keunggulan kota bersejarah ini adalah bangunan dan tata kota berarsitektur peninggalan Portugis, Belanda, dan Inggris serta pengaruh China yang berasal dari perdagangan yang telah marak saat itu.
Selain mengandalkan bangunan bersejarah, kota ini terkenal dengan sepenggal jalan bernama Jonker Street. Pada hari-hari biasa Jonker Street adalah jalan dengan toko-toko yang menjual kerajinan setempat, tempat makan, kuil, dan museum-museum bersejarah. Pada akhir pekan yaitu Sabtu dan Minggu, jalan ditutup dan digunakan untuk aktivitas pasar malam. Kegiatan ini menjadi andalan kota Malaka sebagai kegiatan yang wajib dikunjungi para turis.
‘Sunmor’ Yogya
Indonesia sedang menggiatkan kunjungan pariwisatanya. Pada saat ini belum banyak pasar yang diutamakan menjadi andalan pariwisata. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa negara tetangga yang giat mengedepankan pasar sebagai rangkaian dari kunjungan wisata. Tercatat Bangkok Thailand dengan pasar akhir pekannya yaitu Chatuchak, Singapura dengan Bugis Street dan Taiwan di kota Taipei dengan Ximending.
Yogyakarta memiliki sejarah yang kaya mirip dengan keberadaan kota Malaka di Malaysia yang kaya akan budaya dan menjadi kota tujuan wisata. Ada salah satu potensi pasar yang dapat ditingkatkan menjadi seperti halnya Jonker Street. Kita tidak asing lagi dengan ‘Sunmorà (sunday morning). Suatu pasar yang awalnya tumbuh di kawasan UGM setiap minggu pagi. Mahasiswa dan warga Yogyakarta mendatangi pasar ini untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar ini disenangi konsumen karena produk yang disajikan bervariasi. Dari makanan, minuman, pakaian, pernak pernik, kerajinan dan lain-lain. Pasar ini telah memenuhi definisi dari William J Stanton (1993) karena memenuhi tiga unsur penting. Pertama orang dengan segala keinginan, dua adanya daya beli, dan tiga kemauan untuk membelanjakannya.
Kita akan dapat memahami dengan lebih jernih melalui analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity and Threats) yang diciptakan Albert Humphrey. Kekuatan (strengths) dari sunmor adalah pasar ini sudah dikenal di Yogyakarta. Bisnis yang tidak sekadar jual beli tetapi telah menjadikan pengalaman (experience) bagi sebagian orang. Hal ini terutama berlaku bagi mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta setelah keluar dari Yogya akan mengenang dan ingin mengunjungi lagi pasar ini, seperti halnya angkringan.
Sayangnya pasar ini memiliki beberapa kelemahan (weaknesses). Lokasi sunmor yang semakin terpinggirkan, panas, dan sesak. Parkir mobil di sepanjang Selokan Mataram tidak nyaman karena jalan sempit dan padat. Hilangnya rasa kenyamanan, mengakibatkan pengunjung tidak lagi mau mendatangi sunmor. Akhirnya, pasar ini bisa kehilangan pesona dan mati.
Destinasi Wisata