‘Digital Literacy’

Photo Author
- Jumat, 3 Februari 2017 | 23:14 WIB

JAUH sebelum abad ini seorang filsuf Inggris Francis Bacon telah menyampaikan pesan bahwa ‘pengetahuan adalah kekuasaan’. Artinya, barang siapa menguasai pengetahuan dia akan menguasai dunia. Demikianlah arti pentingnya pengetahuan dan informasi. Keduanya menjadi kata kunci yang begitu penting untuk membuka jendela pengetahuan di zaman sekarang ini.

Di balik informasi terkandung potensi kekuatan luar biasa yang berdampak positif maupun negatif. Informasi akan merangsang orang menimbulkan kreativitas untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan masing-masing. Karena itu kemudahan masyarakat mendapatkan informasi merupakan kunci untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi dalam hal apa pun. Inilah yang mendorong masyarakat yang merasa modern untuk selalu meng-update kemampuannya agar mampu mendapatkan informasi sesegera mungkin melalui teknologi digital yang terus berkembang super cepat dewasa ini.

Survei

Menurut data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), lebih dari separuh penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Sepanjang 2016 survei menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet dari total penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta orang. Jumlah fantastis ini merupakan sebuah potensi sekaligus ancaman bagi bangsa ini.

Secara umum, istilah ‘melek digital’ atau digital literacy yang sering dipahami sebagai kemampuan secara efektif menerima dan memberikan informasi melalui alat-alat digital belumlah cukup untuk menjawab tantangan dan fenomena yang berkembang di era informasi saat ini. Penghuni ‘dunia maya’ bukan hanya manusia, tetapi juga data, informasi, surat elektronik, ide-ide dan ilmu pengetahuan. Begitu kompleksnya konten dunia maya ini menjadi sarana efektif untuk melakukan apa saja tergantung niat dan tujuannya. Faktanya, dunia maya berkembang begitu pesat. Kadang justru menjadi panggung penyebaran hoax atau kabar bohong dan berita palsu untuk mengadu domba antarelemen bangsa dan mengobarkan permusuhan antargolongan yang menjadi viral di media sosial. Muncul pula istilah hoaxopreneur di mana kabar-kabar bohong menjadi komoditas untuk mencari uang dengan segala cara tanpa mempedulikan dampaknya bagi masyarakat luas.

Data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di akhir tahun 2016 menyebutkan, ada sekitar 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech). Para pengelola situs hoax terus berupaya membuat kontennya menyebar luas melalui media sosial dan menjadi viral sehingga trafik yang masuk ke situs pembuat hoax semakin tinggi dan dampaknya meningkatkan potensi pendapatan dari iklan yang masuk.

Melihat kondisi ini tentunya kita tidak bisa berharap banyak kepada pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk melakukan tindakan tegas karena ruang lingkupnya yang begitu luas dan situs semacam ini akan terus bermunculan setiap saat. Langkah terbaik adalah memulai dari lingkup terkecil dengan membentengi diri dan keluarga kita masing-masing melalui edukasi untuk mampu mengenali dan menjauhi berita-berita palsu sehingga mampu memutus mata rantai hoax dengan tidak ikut latah menyebarluaskan lebih lanjut.

Pemahaman makna digital literacy bagi masyarakat Indonesia harus lebih lengkap, sebagai bangsa yang begitu majemuk, plural, multietnis, multi-agama dengan kondisi perekonomian belum sejahtera dan belum merata akan menjadi sasaran empuk berbagai kepentingan memporak-porandakan komitmen bangsa ini. Sejarah membuktikan, penjajah menguasai bangsa kita melalui politik memecah belah, devide et impera dan kesadaran akan hal itu telah mampu membangkitkan para pemuda untuk membangun komitmen bersama, akhirnya tercapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Kini ancaman itu muncul kembali dengan media yang berbeda, lebih halus, luwes, dengan pelaku yang tidak perlu memunculkan identitasnya secara nyata sebagai sifat anonymous dunia maya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X