Mengiris (Sejarah) Lombok

Photo Author
- Kamis, 26 Januari 2017 | 09:37 WIB

SAMBEL adalah kultur Indonesia. Demikian ‘celoteh’ Umar Kayam dalam kolom ringan berkepala ‘Kapok Lombok’ yang terpacak di Kedaulatan Rakyat (10/10/1996) silam. Kayam mengajak pembaca menengok beberapa jenak : di bagian mana di kepulauan kita ini yang tidak kenal sambel? Semuanya kenal. Sambel trasi, sambel goreng, sambel jlantah, sambel penjit alias sambel mangga muda, sambel tomat, dan entah sambel apa lagi. Bila belum ada sambel di antara hidangan di atas meja makan, maka sajian itu dinyatakan belumlah komplit.

Yang lumrah menyajikan menu secara komplit di rumah tangga adalah kaum perempuan yang berpeluh di pawon. Akan tetapi, mereka akhir-akhir ini disambangi kegelisahan. Meroketnya harga lombok di pasar tradisional memang mengganggu pikiran mereka. Tanpa kecuali, bakul soto, penjual bakso, pedagang lotis, dan pengusaha warung aneka sambal ikut sambat ngaluara (mengeluh dan merintih). Bagaimana tidak, harga cabai rawit di pasar tradisional tembus mencapai angka Rp 120.- 000 perkilogram. Bahkan, di luar Jawa melonjak sampai Rp 200.000 perkilogram.

Sepotong pertanyaan yang belum terjawab, sejak kapan masyarakat Indonesia bersemuka dan gandrung kapilangu (cinta mendalam) dengan cabai?

Sejarah Kuliner

Atlas sejarah kuliner Nusantara dibentangkan, tersurat cabya/cabai jawa sudah tersebutkan dalam beberapa teks dari sumber prasasti abad X. Merujuk riset terbaru Fadly Rahman (2016), tumbuhan ini tidak sama dengan genus cabai (chili) dari Amerika Selatan yang dibawa iring dan dikenalkan oleh orangorang Spanyol dan Portugis di abad XVI. Bahan dari luar negeri ini berbeda dengan sambel pecel yang terbuat dari kacang dan dipahami sebagai saos lokal. Sepucuk fakta tersebut melukiskan sensasi sambal bukan berarti acap pedas, atau identik berbahan genus cabai dari Amerika Selatan.

Tersurat pula keterangan menarik, yakni adanya nama ‘sambel jahe’. Jika genus cabai dari Amerika Selatan belum terbudidayakan sebelum abad XVI, asumsi kuatnya bahan pemedas lainnya masih tertuju pada jahe. Pasalnya, jahe memiliki sifat rasa pedas dan hangat. Pemanfaatan jahe sendiri sudah dipakai sejak silam di telatah China dan India yang kemudian menyebar ke berbagai kawasan Asia. Pada mulanya, jahe cuma digunakan sebagai obat, lantas dipakai sebagai campuran minuman, makanan, dan bumbu masak.

Sedari dulu orang Indonesia memahami bahwa budidaya lombok menghendaki tanah yang subur dan tidak bagus di tempat yang banyak airnya. Mereka mengenal dua jenis lombok, yakni lombok besar yang galibnya setelah kirakira umur 6 bulan mati, dan lombok kecil (cabai rawit) yang bila dipelihara sebaik mungkin dapat hidup hingga setahun lebih dan bakal memberi hasil. Masyarakat petani Jawa umumnya undhuh (memetik-memanen) lombok dari pekarangan atau tegalan untuk dimasak maupun dijual di pasar.

Percikan informasi perihal cabai tersebut dapat disimak dalam Serat Centhini yang digarap tahun 1814-1823 oleh pujangga Yasadipura II, Ranggasutrasna, dan Sastradipura ini. Kabar perjalanan Seh Amongraga, Jamil, serta Jamal di dukuh Cadhuk memergoki berbagai macam tumbuhan sedang berbuah. Warga setempat menanam di antaranya lombok, terong, jewawut, kacang kara, dan kecipir. Selain lombok, beberapa jenis tumbuhan yang disebutkan ini hingga sekarang masih dapat kita temukan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X