APA yang dicitrakan dari para lansia? Lansia adalah orang yang hidup menahan berbagai penyakit, tak produktif, hidup bergantung kepada orang lain, lemah, tak berdaya, dan seterusnya. Lansia biasanya didefinisikan sebagai orang yang berusia di atas 60 tahun. Usia yang senja, biasanya memiliki banyak keunggulan terutama pengalaman dan kematangan jiwa kendati secara fisik, motorik, dan kognitif cenderung melemah.
Bagi warga Yogyakarta terutama civitas akademika UIN Sunan Kalijaga dan UII sosok Prof Zaini Dahlan MSc tentu tidak asing. Karena Zaini Dahlan pernah menjabat sebagai rektor yang sukses memimpin dua universitas besar yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia. Menjabat sebagai rektor dua periode untuk masing-masing universitas itu. Beliau juga dosen di kedua universitas besar tersebut, mengajar di jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Agama Islam UII. Beliau juga bisa dikatakan mahasiswa di kedua kampus tersebut. Tak berlebihan jika dikatakan beliau adalah simbol kesatuan UIN Sunan Kalijaga dan UII.
Sabtu (14/1) lalu beliau telah berpulang ke hadirat Allah di RS Sardjito di usia yang sangat senja yakni 91 tahun. Mendung duka tentu menyelimuti kedua kampus di Yogyakarta itu. Beliau dimakamkan di Temanggung, tempat yang telah memberinya kenangan, pengalaman, dan pendidikan hidup sewaktu kecil dan remaja.
***
Penulis beberapa kali mengunjungi di kediaman Karangkajen. Saat kunjungan itu, penulis menyaksikan mushaf Alquran dan terjemahannya karya beliau. Penulis mengira, paling banter Pak Zaini sepuh sedang bernostalgia dengan karyanya itu sambil mengoreksi satu dua ayat jika ada terjemahan atau penjelasan yang kurang pas. Sebab, bagaimanapun itu adalah sebuah karya monumental. Terjemahan Alquran 30 juz inilah warisan berharga Zaini Dahlan selain kepemimpinannya yang sangat sejuk dan ngayomi. Karya yang menjadi ‘ikon’ bagi karya civitas UII.
Ternyata salah. Pak Zaini bukan sedang bernostalgia. Beliau ternyata sedang melakukan hal penting yaitu memberikan syarah (semacam keterangan/komentar/tafsir singkat) mengenai ayat-ayat Alquran yang disertakan dalam terjemahan itu. Jadi, setelah selesai menjabat sebagai rektor itu, Pak Zaini yang sudah sepuh itu ternyata mulai membuat syarah terhadap terjemahan Alquran. Dan, ketika penulis sowan ke rumahnya, draf karya syarah itu pun sudah selesai.
“Saya mencetak sepuluh buah dulu buku ini (terjemahan Alquran dan disertai syarah). Saya memeriksa kembali syarah yang saya tulis, dan meminta orang-orang yang ahli untuk memeriksa tulisan saya, apakah kira-kira sudah layak kalau dipersembahkan kepada umat.†Demikian dikemukakan dengan penuh kerendahan hati.
Beliau tak ubahnya dosen muda yang sedang melanjutkan studi. Masih banyak membaca dan terus berupaya menulis serta memperbaiki tulisan-tulisannya. Bahkan penulis juga diminta beliau untuk membaca dua karya terakhir beliau yakni Tafsir alFatihah dan Tafsir Surat Yasin. Ini tentu pelajaran yang sangat berharga bagi civitas akademika khususnya di UIN dan UII termasuk para guru besar yang usianya sudah cukup lanjut.