SUASANA aman dan tertib selalu menjadi ukuran bagi banyak orang. Bahwa dengan suasana yang aman dan tertib dipastikan aktivitas masyarakat akan berlangsung dengan aman tanpa rasa was-was apalagi khawatir akan terjadi sesuatu. Bila suasana Yogyakarta aman, tertib dan nyaman dipastikan akan semakin banyak wisatawan datang dan mengunjungi banyak destinasi wisata di daerah ini.
Sebaliknya kalau setiap hari warga Yogyakarta dihantui suasana khawatir dan was-was, tentu akan berbeda. Andai banyak kejadian pencopetan, pencurian, kejahatan seksual hingga kenakalan pelajar yang tidak terkendali dipastikan kota ini akan semakin ditinggalkan tomer pelanggan. Dalam hal ini wisatawan juga investor yang akan menanamkan investasinya di DIY.
Berangkat dari persoalan sederhana di atas, sebagai warga Yogyakarta dan DIY pada umumnya selalu berharap kota ini selalu adem ayem, aman, tentram dan tertib. Selain itu masyarakatnya selalu semangat, gumregah nyawiji dengan visi jelas ke depan untuk membangun kota ini semakin maju dan berbudaya.
Pelecut
Semangat Jogja Istimewa memang menjadi pelecut kita bersama. Kota Yogyakarta jangan sampai kalah dengan daerah lain khususnya dalam rangka membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berbudaya. Juga memiliki karakter budaya Jawa yang andhap asor, mikul dhuwur mendhem jero. Karakter inilah yang bisa menjadi pembeda dengan karakter orang di luar Yogyakarta. Pertanyaannya siapkah kita semua menjadi bagian ëJogja Istimewa�
Pertanyaan ini akan semakin kompleks untuk dijawab. Namun satu hal yang perlu digarisbawahi, sebagai orang Yogya tengah menghadapi banyak ancaman dan tantangan yang kalau tidak kita antisipasi dan persiapkan secara dini akan menjadi masalah besar di kemudian hari. Dan itu sama halnya dengan mengubur mimpi dalam - dalam semangat kita membangun ëJogja IstimewaÃ.
Beberapa persoalan mendesak yang ada di depan mata kita antara lain : persoalan kenakalan pelajar, kejahatan narkotika, alih fungsi lahan, transportasi dan polusi yang makin tidak sehat, budaya Jawa yang makin tereduksi. Itu semua menjadi Pekerjaan Rumah (PR) semua pemangku kebijakan dan stakeholder serta masyarakat Yogyakarta. Baik yang duduk di pemerintahan, swasta, BUMN, partai politik, lingkungan pendidikan, pariwisata, budaya dan lainnya. Ibaratnya rumah besar, Yogyakarta tengah mendapat tantangan besar untuk bisa maju dan berkembang mandiri menuju masyarakat yang sejahtera.
Menyikapi persoalan dan tantangan yang menjadi potensi ancaman ketertiban dan kenyamanan Yogyakarta memang perlu grand desain jangka panjang termasuk upaya membangun 100 tahun ke depan Yogyakarta dan DIY seperti apa. Ada beberapa masukan yang bisa menjadi landasan kita semua berikhtiar. Pertama, potensi tiga pilar DIY sebagai kota pendidikan, kebudayaan dan pariwisata harus selalu konsekuen dan konsisten dikawal. Artinya untuk mempertahankan brand dan predikat Kota Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata juga membutuhkan semangat handarbeni seluruh masyarakat yang ada di DIY. Baik tokoh masyarakat, guru sekolah, alim ulama, pastor, tokoh lintas agama termasuk budayawan. Sehingga dalam perilaku dan kebiasaan sehari hari selalu nyengkuyung dan membuat Yogya selalu aman, bersih, tertib dan aman.