Menekan ‘Cah Klitih’ di Yogyakarta

Photo Author
- Rabu, 7 Desember 2016 | 09:36 WIB

SULIT dibayangkan bagaimana mengerikannya jika ada diantara kita yang menjadi korban cah klithih. Misalnya saat berkendara di jalan sepi tibatiba ada cah klithih yang meminta uang sambil menodongkan senjata ke hadapan kita. Lebih menyeramkan jika kita sedang berkendara sontak diserang secara membabi buta oleh cah klithih. Sasaran mereka pun sifatnya random. Artinya tidak spesifik dan bisa menimpa siapa saja. Mulai dari pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, dsb. Fenomena itulah yang belakangan muncul di Yogyakarta. Daerah yang dikenal dengan kesantunan dan keramahan masyarakatnya.

Ada beragam penyebab munculnya cah klithih. Secara umum berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal bisa berbentuk ketidakmatangan emosi yang mewujud dalam perilaku temperamental. Penyakit kepribadian juga bisa mendorong perilaku kriminal di jalan. Seperti merasa puas jika melihat orang lain terluka dan kebanggaan diri di atas penderitaan orang lain.

Pengaruh Miras

Cara pandang dan penyimpangan perilaku ini bisa semakin meningkat akibat pengaruh miras dan obat-obatan terlarang. Jika diamati, peningkatan cah klithih selaras dengan tingginya angka konsumsi miras di Yogyakarta. Terbongkarnya banyak kasus miras oplosan di kota budaya ini merupakan indikatornya.

Sementara faktor eksternal bisa berupa paparan media (khususnya televisi dan internet) baik langsung atau tidak, memberi contoh bagaimana melakukan kejahatan di jalanan. Pemberitaan vulgar tentang kekerasan geng motor di berbagai daerah, tayangan tawuran pelajar di jalanan, live report penjarahan dan pembakaran, bisa menjadi pemicu seseorang untuk melakukan hal yang sama. Terlebih di zaman digital ini, dimana setiap kita bisa mengakses internet sepuasnya. Beragam tayangan kekerasan tanpa sensor pun bisa ditelan setiap detiknya.

Faktor eksternal lainnya adalah lingkungan pertemanan. Jamak diketahui, mereka yang bergaul dengan orang-orang yang berperilaku negatif akan mudah terpengaruh dan mengikuti perilaku jelek tersebut. Sebaliknya, bergaul dengan orang baik berpotensi secara signifikan menjadi baik. Pelajar yang setiap saat berkawan dengan pemabuk, jika tidak memiliki pegangan yang baik, perlahan akan mengonsumsi minuman keras.

Hal ini pun terlihat pada perilaku cah klithih. Banyak di antara pelajar yang terkena razia polisi sebenarnya adalah anak yang baik. Mereka awalnya sekadar ikut-ikutan nongkrong saja. Dari sekadar nongkrong, kemudian ikutikutan sering berkeliling ke berbagai tempat dengan sepeda motor. Lalu berlanjut dengan tindakan kriminal terhadap pengendara sepeda motor lainnya. Inilah akibat buruk dari kesalahan memilih grup nongkrong.

Patroli Polisi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X