Sampah Pangan

Photo Author
- Rabu, 7 Desember 2016 | 09:29 WIB

BADAN Pangan dan Pertanian (FAO) PBB melaporkan bahwa kehilangan pangan dunia karena pola konsumsi yang tidak baik ternyata mencapai 1,3 miliar ton, sehingga menjadi sampah pangan dunia. Jumlah ini senilai 1 triliun dolar AS setiap tahun, dan setara dengan sepertiga jumlah pangan yang diproduksi dunia secara susah payah.

Pangan sereal dunia hilang 30%, dengan kehilangan di negara maju sebanyak 286 juta ton. Produk susu hilang 20%, dengan kontribusi Eropa yang membuang 29 juta ton setiap tahun. Produk ikan terbuang 35%, buah dan sayuran 45%-nya tak termanfaatkan, 22% kacang-kacangan menjadi sampah, dan 45% umbi-umbian tak termanfaatkan dengan baik.

Sebanyak 263 juta ton daging dunia atau setara dengan 20% produk daging dunia telah terbuang percuma menjadi sampah tanpa bisa dikonsumsi lagi. Kehilangan pangan di negara berkembang tercatat lebih tinggi.

Kehilangan pangan sia-sia di sektor produksi dan distribusi juga dilaporkan sangat besar. Menurut FAO, kehilangan dalam rantai produksi pangan mencapai 30-40% sebelum mencapai pasar. Padahal, FAO juga melaporkan bahwa saat ini setidaknya sebanyak 870 juta orang atau sekitar 12% penduduk bumi ternyata mengalami kelaparan.

Program tangguh pangan harus mampu mengelola sistem dan rantai pangan sejak dari hulu sampai hilir. Melalui manajemen produksi, konsumsi dan distribusi secara terpadu, menyeluruh dan sinergis oleh seluruh pemangku kepentingan.

Pemerintah Indonesia telah bertekad untuk menjadi lumbung pangan dunia. Dengan iklim tropika bagai jamrut katulistiwa yang mempunyai curah hujan, temperatur, kelembaban dan intensitas sinar matahari yang optimal sepanjang tahun, maka produksi pangan di Indonesia bisa digenjot memenuhi target program tangguh pangan.

Upaya strategis menuju kedaulatan pangan Indonesia berdasarkan Nawacita sudah cukup baik. Melalui penciptaan daya tarik pertanian bagi tenaga kerja muda, rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi rusak dan 25 bendungan, pengurangan laju konversi, pemanfaatan lahan eks pertambangan, distribusi 9 juta ha lahan ke petani, pemulihan kualitas kesuburan lahan yang airnya tercemar, perluasan sawah baru 1 juta ha maupun lahan pertanian kering 1 juta ha di luar Jawa-Bali.

Didukung juga pengembangan pembentukan Badan Otorita Pangan, technopark dan science park, Sistem Inovasi Nasional, 1.000 desa berdaulat benih, 1.000 desa pertanian organik, maupun bank khusus untuk pertanianUKM-Koperasi. Data produksi pangan Indonesia dilaporkan meningkat dibanding sebelumnya, namun para ahli agak meragukan akurasinya karena masih ada kelemahan dalam sistem perhitungan, konversi, kehilangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan keterpaduannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X