Masalahnya, kenapa tim ‘hore’ bersama tim sukses peserta pilkada menjadi beringas secara visual? Mengapa mereka merasa bangga saat memproduksi sampah visual iklan politik? Apakah mereka dapat diminta pertanggungjawabannya ketika masyarakat terperosok dalam penjara sampah visual iklan politik dan APK Pilkada?
(Dr Sumbo Tinarbuko. Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Selasa 27 November 2016)