Antara Transportasi, Bandara Baru dan Pariwisata

Photo Author
- Selasa, 4 Oktober 2016 | 19:19 WIB

BEBERAPA hari lalu, CNN merilis survey Waze tentang urutan kota termacet di dunia. Perlu diketahui waze adalah sebuah sistem aplikasi berbasis android yang berfungsi sebagai penanda kemacetan. Waze sendiri sudah lazim diketemukan di ponsel masyarakat di Indonesia. Waze dalam berita yang dirilis oleh CNN 'Waze Index Reveals Where in the World are the Best and Worst Places to be a Driver', (Kamis, 15/09/2016) menyebutkan, Indonesia adalah negara terburuk ke dua di dunia mengenai berkendara. Indeks ini adalah indeks tahunan yang memakai 6 variabel dalam pengukurannya.

Di Indonesia, yang tidak mengejutkan Yogyakarta mendapatkan peringkat yang lumayan, Yogyakarta sendiri memiliki peringkat ke- 7 terburuk. Secara rinci peringkat terburuk di Indonesia diduduki Bogor, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar. Yogyakarta sendiri kalah dari Malang dan Semarang dalam kepuasan berkendara terbaik.

Transportasi Lokal

Berita Kedaulatan Rakyat Kamis (15/09/2016) menyebutkan, Golkari Made Yulianto dari Dinas Perhubungan Kota Yogya mengatakan ‘Penataan transportasi, khususnya transportasi lokal di Kota Yogya, butuh masukan dari berbagai pihak’. Hal ini didasari realitas bahwa Kota Yogya belum mempunyai transportasi lokal yang menghubungkan destinasi wisata antara 11 kampung wisata yang ada di Kota Yogya. Hal ini menjadi komplemen masalah, karena selama ini Kota Yogyakarta dinilai masyarakat belum menerapkan angkutan massal, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Melihat hal di atas, khususnya di Kota Yogyakarta, jangan dijadikan sebagai sebuah statement pembelaan :’ah, di antara yang lain di Indonesia, Yogya masih lebih baik’. Bukan itu yang dimaksud, akan tetapi bagaimana Kota Yogyakarta dapat meningkatkan daya tarik pariwisata-nya, khususnya kelancaran aksesibilitas?

Perlu diingat bahwa pada bulan Maret 2016, situs web terkenal Amerika Serikat (AS) The Huffingtonpost menurunkan artikel ‘Skip Bali, Head to Yogyakarta instead’. Ingat bagi Yogyakarta, di masa mendatang Bali bukan lagi saingan, tetapi Yogyakarta bersaing global langsung dengan kota-kota wisata dunia. Tambahan lagi dimasa mendatang transportasi Kota Yogyakarta akan memegang poros penting, hal ini dikarenakan akan adanya bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonrogo. Seharusnya yang perlu dipikirkan bagaimana DIY umumnya dapat menjadi pemain di bandara baru ini, bukan hanya sebagai penonton saja.

Mewujudkan transportasi lokal, tentu harus melihat skala regional, konsep Yogyakarta dengan bandara baru-nya seharusnya mendapatkan sentuhan sebagai Kota Aetropolis. Ilustrasi kota aetropolis bukan memindahkan kota baru Yogya ke Kulonrogo, tetapi agar bagaimana wisatawan mancanegara, yang datang, misalkan hanya memiliki waktu 2 jam transit di NYIAdan ingin membeli oleh-oleh bakpia di Pathok dapat melaksanakan keinginan ini dan dapat kembali segera ke bandara untuk terbang lagi ke destinasi berikutnya. Konsep aetropolis ini sendiri sudah diterapkan di Incheon, Korea Selatan; Abu Dhabi; dan beberapa bandara kota besar lain di dunia.

Penataan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X