Terkait dengan akan diterapkannya full day school di Indonesia, kita lihat dari sisi positif. Waktu dua hari Sabtu dan Minggu, adalah cukup untuk siswa dan guru beristirahat, refreshing, maupun berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Mengenai waktu belajarnya yang sampai sore, itu masih dalam taraf wajar. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana caranya menciptakan situasi nyaman sehingga siswa maupun guru merasa tidak terbebani/terpaksa berada di sekolah, namun justru feel homy.
Untuk itu perlu alokasi proporsional kesempatan bagi siswa dan guru beristirahat, beribadah, berhibur, bermain, dan berolahraga. Pekerjaan rumah sebaiknya ditiadakan untuk memberi kesempatan siswa menjalin interaksi berkualitas dengan keluarga. Orangtua tidak perlu khawatir kehilangan waktu bersama anak, sekaligus tidak perlu was-was dengan pergaulan yang salah di luar lingkungan sekolah dan keluarga. Karena kegiatan siswa justru selalu terpantau. Kalau sudah begitu, kebutuhan siswa, orangtua, dan guru terpenuhi, apalagi yang perlu dikhawatirkan dengan full day school?
(Erna Fermanti SPd MHum. Guru SMK 1 Sedayu. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 3 Oktober 2016)