Kelahiran Nasyiah merupakan bukti visi keadilan Kiai Dahlan dengan memberikan kesempatan sama bagi anak perempuan dan anak lakilaki di berbagai bidang (Syamsiyatun, 2016). Di bidang keagamaan, kader Nasyiah mendirikan kelompok pengajian di berbagai daerah sekaligus belajar menyampaikan ajaran agama melalui ceramah dan kotbah sejak belia. Pada tahun 1938 Nasyiah mendirikan perpustakaan kecil yang memberikan kesempatan anak perempuan meluaskan pengetahuan melalui membaca dan pelatihan menulis. Pada tahun 1920-1930 Nasyiah pun terkenal dengan paduan suara dan marching band-nya. Pendidikan kader perempuan sudah dilakukan Muhammadiyah pada masa dimana anak perempuan masih menjadi warga kelas dua.
Pada era sekarang, Nasyiah melakukan pengkaderan baik formal maupun informal. Pendirian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nasyiah merupakan bentuk kepedulian menyiapkan fondasi kedua bagi tumbuh kembang anak untuk penguatan aspek pengetahuan dan karakter. Selain itu, pendidikan informal bagi para kader dilakukan melalui organisasi berupa berlatih publik speaking, belajar life skill tertentu, belajar berorganisasi, dan pengembangan diri lainnya untuk melengkapi pendidikan formal yang dominan aspek kognisi.
Keberadaan organisasi Nasyiah adalah bagian dari proses pendidikan kader dengan memberikan ruang bersosialisasi, mengasah jiwa kepemimpinan, dan mengajarkan melakukan problem solving. Nasyiah terus melakukan adaptasi aksi gerakannya sesuai dengan perubahan tantangan zaman. Nasyiah akan terus mendidik anggotanya sejak usia dini karena merekalah tulang punggung masa depan bangsa.
(Rita Pranawati. Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah, Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia Naskah kerja sama KR - Nasyiatul Aisyiyah. Artikel ini tertulis di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Kamis 25 Agustus 2016)