KRjogja.com - SETIAP usaha pasti mengandung risiko, tidak ada usaha di dunia ini tanpa risiko. Memiliki infrastruktur tata Kelola dan anajemen risiko yang efektif adalah strategi kunci bagi kesuksesan startup. Banyak startup gagal karena manajemen organisasi yang buruk dan kurangnya tindakan pencegahan yang memadai.
Mayoritas startup berawal dari kerja sama antar rekan untuk mengembangkan suatu produk atau layanan tanpa campur tangan pihak luar. Oleh karena itu, memiliki infrastruktur manajemen risiko yang tepat sejak awal sangat penting untuk mendukung kesuksesan jangka panjang. Artikel singkat ini mencoba menjelaskan tata Kelola dan manajemen risiko yang seharusnya dijalankan oleh startup.
Semakin kompleks risiko yang dihadapi kegiatan usaha tentu saja akan meningkatkan kebutuhan praktik tata Kelola yang baik (good governance) serta fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Kepemilikan infrastruktur tata kelola dan risiko yang tepat sejak dini sangat penting untuk meningkatkan prospek kesuksesan organisasi. Hal tersebut bisa menjadi pondasi yang kuat untuk mendukung proses operasional organisasi sekaligus meraih posisi yang baik di masa depan.
Baca Juga: Biaya Kuliah Mahal?
Startup yang sukses biasanya mampu mengatasi kesulitan dan mengubah struktur informal organisasi yang dibentuk untuk pertama kali. Dengan demikian, upaya tersebut akan membuat startup berkembang menjadi organisasi besar yang lebih kredibel. Itulah sebabnya, startup patut berusaha mengantisipasi berbagai kesulitan yang dihadapi dengan membangun landasan tata kelola yang baik sejak dini.
Tata kelola dan manajemen risiko organisasi yang baik akan mengikuti prinsip dasar akuntabilitas, keberlanjutan, dan sumber daya. Prinsip-prinsip tersebut akan mendukung proses dokumentasi secara jelas yang bersangkutan dengan hal-hal sebagai berikut:
(1) Peran, tanggung jawab, dan pengaturan organisasi untuk pendiri, manajemen, dan seluruh staf startup.
(2) Proses aktivitas bisnis yang penting, meliputi rekrutmen, pembiayaan, serta pengembangan bisnis.
(3) Pengelolaan konflik kepentingan dan sistem informasi organisasi.
(4) Relasi antara investor dan pemegang saham.
(5) Sumber daya yang tepat untuk mendukung manajemen risiko (Sumber Daya Manusia (SDM), hukum, kepatuhan, teknologi, dan keuangan).
(6) Aksi korporasi yang melibatkan modal saham.
(7) Kinerja direksi sebagai pihak utama yang menjaga budaya serta keberlanjutan startup.
Implementasi strategi tata kelola dan risiko yang tepat pada startup akan menghasilkan beberapa manfaat berikut ini:
(1) Meningkatkan kepercayaan investor.
(2) Meningkatkan ketepatan waktu dan kualitas pengambilan keputusan.
(3) Mengurangi risiko hukum dan peraturan.
(4) Meningkatkan tata kelola operasional.
Berkaitan dengan poin (4), pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi organisasi bisa menjadi gangguan tersendiri bagi pendiri startup pada fase pertumbuhan tertentu. Waktu dan energi yang ada sebaiknya dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi bisnis dan mengatasi masalah rutinitas administrasi yang kerap muncul. Selain itu, startup juga membutuhkan keterlibatan para ahli profesional untuk mengawasi dan mengelola tuntutan operasional serta administrasi bisnis. Para ahli di bidang tersebut biasanya menempati posisi Chief Operating Officer (COO).
Tanggung jawab COO juga berkaitan dengan karakter organisasi sehingga perannya dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan organisasi. Pada tahap awal startup, COO bisa bekerja secara paruh waktu. Selanjutnya, COO akan bertanggung jawab mengawasi seluruh fungsi internal startup, termasuk perekrutan, hukum, dan finansial. Tugas COO tersebut akan meringankan peranan CEO agar bisa memprioritaskan pengembangan eksternal bisnis. COO juga dapat berperan sebagai eksekutor bisnis yang melibatkan aspek pengembangan internal bisnis.
Setiap startup membutuhkan kerangka tata kelola dan manajemen risiko yang berbeda-beda, tergantung dari bidang bisnis, budaya, serta tujuan yang ingin dicapai. Strategi pengembangan startup yang tepat akan membuat perusahaan rintisan tersebut meraih kesempatan berkembang secara maksimal di masa depan.
Pemahaman tata Kelola dan manajemen risiko bagi startup menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk Asosiasi Profesi dan Pengusaha dan Perguruan Tinggi. Momentum MBKM (Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka) seharusnya dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan untuk membantu startup dalam menerapkan tata kelola dan manajemen risiko. (Deny Ismanto, S.E., M.M. Dosen Program Studi Manajemen FEB-UAD & Wakil Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta)