ADA peribahasa mengatakan harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Nama akan dikenang jangka pendek atau jangka panjang, sesaat atau selamanya. Manusia yang mempuyai peninggalan karyalah yang akan dikenang sepanjang masa.
Utamanya literasi menulis dengan hasil karya yang dibukukan, dari hasil buah pikiran yang dituangkan ke dalam tulisan. Literasi membaca dan menulis seperti ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bisa menulis karena banyak membaca.
Budaya literasi menulis di sekolah perlu digiatkan karena sangat besar manfaat bagi warga sekolah. Penulis punya jargon Sega Selametan kepanjangan dari semangat warga sekolah dalam menulis literasi aksi nyata. Warga sekolah diajak menulis tentang pengalaman baik (best practice) yang dituangkan dalam bentuk esai bisa tentang curahan hati, kegelisahan tentang pendidikan yang hasil tulisannya dikurasi oleh ahli bahasa maupun praktisi yang sering menulis, kemudian hasil tulisan esai dikumpukan dan menjadi buku antologi ber-ISBN.
Baca Juga: Formulator Vaccine COVID-19 AstraZeneca, Carina Joe Gelar Talkshow Kesehatan
Bagaimana menggeliatkan literasi menulis di Sekolah? pertama, dibentuk tim atau panitia untuk membuat target buku antologi Ber-ISBN mewadahi karya tulisan warga sekolah . Kedua, merencanakan workshop menulis dengan mendatangkan akademisi dan praktisi yang sering menulis dan diterbitkan, untuk menginspirasi warga sekolah agar semangat untuk menulis. Ketiga, kepala sekolah membuat surat edaran ajakan untuk membuat tulisan esai 500-1500 kata, diberi batas waktu penggumpulan agar bisa dikurasi sebelum dimasukan penerbit.
Keempat, warga sekolah yang disasar adalah siswa, orang tua, guru, kepala sekolah, tata usaha atau karyawan, tenaga outsourching seperti sekuriti, cleaning service dengan menulis pengalaman terbaiknya. Apabila ada yang mengalami kesulitan maka bisa dibantu oleh tim atau panitia. Kelima, hasil tulisannya dikumpulkan ke tim kemudian dikurasi oleh ahli bahasa dan editor yang berpengalaman sampai meminimalisir adanya typo dan plagiasi.
Baca Juga: Komunitas Sobat Arin Dorong Pelajar Indonesia Berolimpiade Matematika
Keenam, hasil kurasi atau edit tulisan diserahkan dan kerjasama dengan penerbit agar bisa ber ISBN. Ketujuh, buku hasil antologi Ber-ISBN dicetak dan dibedah isinya dengan menggundang akademisi, praktisi dan pengelola perpustakaan sekitar sekolah supaya buku bermutu. Mari berliterasi menulis untuk negeri, menyongsong Indonesia Emas 2045. (Eko Mulyadi, Kepala Sekolah SMAN 1 Pengasih)