Petani Milenial, Mampukah Menjawab Tantangan?

Photo Author
- Selasa, 25 Maret 2025 | 11:20 WIB
Nur Hadianta Tri Widada  (Ist)
Nur Hadianta Tri Widada (Ist)

KRJogja.com - Hasil dari Survei Ekonomi Pertanian (SEP) yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2024 menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok dalam penghasilan bersih antara petani skala kecil dan bukan petani skala kecil di Indonesia. Rata-rata, petani skala kecil hanya memperoleh pendapatan bersih sekitar 5.909.429 rupiah setiap tahunnya.

Sebaliknya, selain petani skala kecil, yang terdiri dari usaha pertanian perorangan dan usaha pertanian lainnya dalam skala yang lebih besar serta perusahaan pertanian, mampu mencapai pendapatan bersih yang jauh lebih tinggi, yaitu80.752.908 rupiah per tahun.

Perbedaan tersebut menggambarkan adanya ketimpangan kesejahteraan yang cukup signifikan antara petani skala kecil dan petani yang menjalankan usaha yang lebih besar. Petani skala kecil umumnya adalah usaha individual dengan sumber daya yang terbatas, termasuk modal, akses
terhadap teknologi, serta jaringan pemasaran.

Sedangkan, selain petani skala kecil, mencakup perusahaan pertanian berbadan hukum serta usaha pertanian lainnya, memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengadopsi teknologi terbaru, akses keuangan dan modal yang lebih menguntungkan, serta akses pasar yang lebih baik.

Perbedaan ini menunjukkan masih adanya tantangan besar, terutama bagi petani skala kecil, dalam mencapai tujuan peningkatan produktivitas dan pendapatan.

Peningkatan produktivitas dan keberlanjutan dalam sektor pertanian sangat penting untuk menjaga kestabilan ekonomi dan sosial, terutama di negara-negara yang sedang berkembang dan masih mengandalkan hasil pertanian sebagai sumber pendapatan utama dan ketahanan pangan.

Salah satu Tindakan yang perlu diambil adalah dengan mendorong adopsi teknologi modern dalam pertanian dan mengembangkan hilirisasi untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor tersebut.

Namun, dibutuhkan sebuah komitmen bersama untuk merealisasikan modernisasi sector pertanian di Indonesia agar tidak ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.

Kurangnya dukungan dari berbagai pihak serta rendahnya usaha dalam sosialisasi menjadi penyebab utama lambatnya modernisasi pertanian di Indonesia.

Di samping itu, keterbatasan dalam pendanaan dan regulasi yang mendukung inovasi serta investasi di bidang teknologi pertanian menyebabkan para petani beralih dari lahan pertanian mereka ke aktivitas lain yang menawarkan keuntungan ekonomi yang lebih baik.

Data dari Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa terdapat 16,78 juta individu yang tergolong sebagai petani milenial berusia antara 19 hingga 39 tahun, serta petani yang mengadopsi teknologi digital dan modern di Indonesia. Kehadiran petani milenial inilah menjadi representasi petani masa kini dengan semangat muda, akses ke pasar yang relatif baik, kemampuan beradaptasi terhadap teknologi, wawasan yang lebih luas, serta pemahaman teknologi yang lebih mendalam.

Para petani milenial ini memiliki kemampuan untuk memanfaatkan inovasi teknologi terkini dalam meningkatkan hasil pertanian dan menciptakan praktik bertani yang lebih efisien.

Hal ini sangat penting, mengingat industri pertanian di Indonesia selama ini lebih banyak menggunakan cara-cara tradisional yang kurang menarik bagi kaum muda. Melalui program dari pemerintah, yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 4 Tahun 2019 para petani milenial tidak hanya diajarkan teknik bercocok tanam, tetapi juga didorong untuk menggunakan peralatan pertanian canggih, seperti traktor terbaru dan drone, serta merancang sistem irigasi dan pemantauan tanaman yang berbasis teknologi.

Secara keseluruhan, para petani milenial diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan menjadikan sektor pertanian sebagai kekuatan yang berkelanjutan di Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X