Fraud vs Integrity

Photo Author
- Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:14 WIB
Rustiana, SE., M.Si., Ph.D.
Rustiana, SE., M.Si., Ph.D.

KRjogja.com - DALAM dunia yang semakin kompleks, perilaku fraud dan integritas sering kali berada di dua sisi yang bertolak belakang. Fraud, atau kecurangan, sering dianggap sebagai jalan pintas untuk mencapai keuntungan pribadi, sementara integritas menekankan pentingnya kejujuran dan konsistensi dalam tindakan.

Kedua hal ini muncul di berbagai sektor, mulai dari bisnis hingga pemerintahan, dan sering berhadapan dalam menentukan arah dan nilai yang dipegang oleh individu maupun organisasi. Tulisan ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan seseorang antara perilaku fraud atau menjaga integritas, serta dampak yang ditimbulkan dari keduanya.

Mengapa Fraud Bisa Terjadi?

Pada tahun 1953, Cressey mengembangkan Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle) yang menjelaskan tiga faktor utama penyebab kecurangan: tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Ketiga faktor ini, bahkan jika hanya satu yang terjadi, dapat menciptakan kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Berikut penjelasan ketiganya:

1.Pressure: Individu merasa tertekan oleh situasi tertentu, seperti masalah finansial atau tuntutan eksternal, yang mendorong mereka untuk melakukan kecurangan.

2.Opportunity: Seseorang memanfaatkan kelemahan dalam sistem, seperti kurangnya pengawasan, untuk melakukan fraud tanpa terdeteksi.

3.Rationalization: Individu mencari pembenaran untuk tindakan mereka, seperti meyakini bahwa "semua orang melakukannya" atau merasa berhak melakukan kecurangan karena situasi yang dihadapi.

Kontra Fraud: Membangun Integritas

Fraud adalah masalah serius yang merugikan organisasi, individu, dan negara. Untuk mengatasinya, membangun integritas dalam sistem atau organisasi merupakan langkah efektif. Integritas, yang mencakup kejujuran, transparansi, dan konsistensi, dapat mengurangi peluang fraud dan menciptakan lingkungan yang etis. Beberapa cara untuk membangun integritas antara lain:

1) menciptakan budaya integritas,

2) kepemimpinan yang transparan,

3) penguatan sistem pengendalian internal,

4) pendidikan dan pelatihan etika, serta

5) membangun transparansi dalam pengambilan keputusan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X