SDM Perbankan

Photo Author
- Rabu, 11 Juni 2025 | 20:30 WIB
Dian Ariani, SE, MM.
Dian Ariani, SE, MM.

KRjogja.com - BAYANGKAN dunia perbankan lima tahun dari sekarang. Transaksi tak lagi hanya lewat teller, tetapi lewat suara, gestur, bahkan chatbot yang bekerja lebih cepat dari manusia. Nasabah tak perlu antre di kantor cabang—cukup sentuh layar, uang berpindah. Tapi di balik semua transformasi digital itu, satu hal tetap tak tergantikan: manusia. Ya, sumber daya manusia (SDM) tetap jadi tulang punggung dunia perbankan, bahkan ketika teknologi terus melaju tanpa rem.

Di tengah gempuran digitalisasi, kompetisi antar bank di Indonesia makin ketat. Tak hanya bank konvensional, kini hadir juga bank digital, fintech, dan platform-platform keuangan berbasis teknologi yang agresif merebut pasar. Dalam konteks ini, pertarungan bukan lagi soal produk, tetapi soal kecepatan beradaptasi, integritas, dan kemampuan manusia yang menjalankannya.

Menurut penulis, kompetensi bukan pilihan namun kebutuhan. Peningkatan daya saing bank tak mungkin terjadi tanpa peningkatan kualitas SDM. SDM itu bukan sekadar pelaksana, mereka adalah penggerak. Mereka yang menentukan arah dan kecepatan bank dalam menjawab tantangan zaman. POJK No. 24 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kualitas SDM Bank Umum juga menegaskan hal ini: pengembangan SDM adalah elemen strategis yang wajib dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, mencakup hard skill, soft skill, dan leadership.

Baca Juga: Mendikdasmen Tinjau Pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru di Jepara

Lalu, apa saja kompetensi kunci SDM perbankan masa kini dan mendatang? Pertama, kemampuan manajemen risiko—mulai dari risiko kredit, likuiditas, pasar, hingga risiko operasional (termasuk risiko teknologi). Risiko di industri keuangan bukan hanya soal angka merah, tetapi juga reputasi dan kepercayaan publik. Di sinilah peran SDM yang piawai membaca dinamika pasar dan mengeksekusi strategi mitigasi jadi sangat penting.

Kedua, analisis keuangan. Di era big data, kemampuan membaca laporan keuangan tidak cukup. Dibutuhkan SDM yang bisa “membaca antara baris”—menganalisis tren, memahami sinyal krisis, dan memberi insight yang akurat. Menurut laporan World Economic Forum (2023), analytical thinking dan complex problem solving adalah dua dari lima kompetensi terpenting yang dibutuhkan di industri keuangan global.

Ketiga, penguasaan teknologi informasi (TI). Perbankan masa depan akan sangat tergantung pada sistem digital. Maka, SDM harus paham keamanan data, analitik, blockchain, hingga AI. Di sinilah tantangan terbesar muncul: bagaimana menjembatani jurang antara generasi digital native dan mereka yang masih belajar beradaptasi.

Baca Juga: Inflasi DIY Tetap Terkendali, Bank Indonesia Optimistis

Namun, kompetensi teknis saja tak cukup. Dunia perbankan menuntut soft skill yang kuat: komunikasi, adaptasi, kolaborasi, serta integritas dan etika profesional. Jadi soft skill bukan tambahan namun pondasi. Bank adalah industri yang sarat regulasi dan penuh kepercayaan. Maka SDM harus tegak lurus pada aturan, menjunjung tinggi etika, dan tetap humanis. 

Kemampuan leadership juga makin krusial, tak hanya bagi manajer tetapi juga seluruh tim. Seorang teller yang mampu menenangkan nasabah yang panik bisa lebih berdampak daripada sistem canggih tanpa empati.

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan bank adalah mengikutsertakan SDM-nya dalam program sertifikasi kompetensi kerja. Bukan sekadar formalitas, sertifikasi membantu menciptakan standar kualitas yang setara di tengah arus globalisasi talenta. Hal ini sejalan dengan tren global yang mendorong industri keuangan agar lebih transparan, akuntabel, dan berorientasi pada kualitas layanan.

Teknologi bisa menggantikan banyak hal. Tapi kepercayaan, empati, dan integritas? Itu tak bisa di-upload. Dunia perbankan masa depan adalah dunia yang canggih, cepat, dan tanpa batas. Namun ia akan tetap membutuhkan manusia-manusia yang paham arah, punya kompetensi, dan tak kehilangan nilai-nilai etis.

Baca Juga: Diharapkan Naikkan Level Atlet, ASCA Bersama Akuatik DIY adakan Pelatihan dan Sertifikasi Pelatih Renang Skala Internasional

Jika bank ingin bertahan di tengah badai disrupsi, maka jawabannya bukan hanya investasi di sistem atau aplikasi, tetapi investasi pada manusianya. SDM yang bukan hanya kompeten, tapi juga mampu tumbuh bersama zaman. (Dian Ari Ani, SE., MM., Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY; Bendahara ISEI Cabang Yogyakarta dan Bendahara KADIN DIY)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X