KRjogja.com - SAAT ini, era digital terus bergerak cepat, dan salah satu yang sedang ramai diperbincangkan adalah kemunculan influencer dan host live streaming berbasis kecerdasan buatan (AI). Sosok-sosok ini tampil sangat meyakinkan dengan wajah menawan, suara ekspresif, gestur luwes, bahkan mampu membalas komentar penonton secara real-time. Mereka juga bisa mempromosikan produk layaknya influencer sungguhan. Bedanya, mereka tidak pernah lelah, tidak menuntut gaji, dan bisa siaran non-stop. Dari segi pemilik usaha, tentu AI menjadi solusi yang mudah dan hemat. Namun di sisi konsumen, tak jarang yang merasa tertipu dan bingung karena itu semua hanya ilusi.
Dilihat dari kacamata bisnis, adanya AI memang menguntungkan bagi perusahaan. AI tidak perlu istirahat, tidak pernah mengeluh capek, tidak mengalami bad mood. Semua bisa diatur sesuai dengan keinginan dari brand. Konten-konten promosi bisa dibuat dengan waktu singkat, konsisten dan sesuai dengan rencana. Bagi perusahaan jelas ini sangat menggiurkan, biaya promosi bisa lebih hemat dengan hasil maksimal. Tampilan AI juga bisa diatur sehingga lebih menarik dan mengikuti tren. Beberapa waktu terakhir timeline TikTok Indonesia mulai dipenuhi dengan siaran langsung dan video dari influencer AI. Beberapa brand ternyata sudah mulai mencoba tren ini dengan menjadikan AI sebagai host live streaming mereka. Memang, biasanya terdapat tulisan kecil atau keterangan bahwa akun tersebut dikelola dengan AI.
Baca Juga: Bambang Dewanjaya Kembali Pimpin PASI DIY, Harus Bersinergi untuk Tingkatkan Prestasi
Sebaliknya, jika dilihat dari sudut pandang konsumen, fenomena ini perlu mendapat perhatian. Banyak orang yang tidak sadar apabila host dan influencer yang mereka tonton bukanlah manusia sungguhan, melainkan AI. Sosok ini tampil menarik, bisa menghibur, dan bahkan terasa dekat seperti teman. Penonton pun jadi percaya dengan apa yang mereka sampaikan.
Ditambah dengan fakta bahwa AI tidak memiliki perasaan, pengalaman, dan pendapat pribadi layaknya manusia. Apa yang mereka katakan dalam live streaming atau video, semua berasal dari perintah yang dibuat oleh brand. Sehingga, jika mereka mengatakan “makanan ini enak dan bikin nagih”, itu bukan dari pengalaman mereka, tetapi karena mereka memang diprogram untuk mengatakan hal itu. Hal ini bisa jadi masalah ketika penonton mengira bahwa rekomendasi yang mereka lihat datang dari influencer manusia yang benar-benar sudah mencoba produknya. Padahal, semua yang dikatakan AI hanyalah skrip yang sudah dibuat sebelumnya. Tidak ada pengalaman pribadi, tidak ada kejujuran emosional, semua hanya rangkaian kalimat yang dibuat agar terdengar meyakinkan.
Baca Juga: Letkol Inf Moh Irwan Afandi Resmi Jadi Danyonif 403/Wirasada Pratista
Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki aturan khusus yang mengatur penggunaan AI dalam dunia pemasaran digital. Inilah mengapa elemen transparansi menjadi hal yang sangat penting. Setiap konten yang dibuat dan dijalankan oleh AI sebaiknya disertai keterangan yang jelas, bahwa host atau influencer dalam video tersebut bukan manusia sungguhan. Mirip seperti adanya label “sponsored” pada konten promosi di media sosial. Keterbukaan seperti inilah yang menjadi hak konsumen. Mereka berhak tahu siapa yang sedang berbicara kepada mereka, apakah manusia atau AI?
Sebagai konsumen, bagaimana kita menyikapinya? Apakah kita langsung skip saja apabila melihat konten AI? Tidak perlu. Sebagai konsumen kita harus bersikap kritis dan cerdas. Saat kita menonton live streaming, kita harus cek apakah penyiarnya manusia atau AI. Jika memang AI pun, kita tidak perlu langsung bersikap antipati, tetapi kita harus memahami bahwa interaksi yang terjadi adalah “buatan”.
Baca Juga: Maling Perhiasan Tertangkap, Kini Meringkuk di Polsek Kasihan
Kemudian, jangan mudah percaya pada testimoni dan rekomendasi yang kita tonton di media sosial. Di era sekarang, skeptis bukan berarti sinis, tetapi bijak dalam menjaga dompet dan keputusan berbelanja kita. Kemudian kita juga berhak untuk tahu, dengan siapa kita berinteraksi. Konsumen bisa memulai untuk menuntut platform media sosial untuk memberikan label khusus pada konten atau live-streaming yang dibuat dengan menggunakan AI.
Influencer dan host AI memang bisa membantu perusahaan karena lebih efisien. Tapi kita sebagai konsumen tetap harus waspada, apalagi soal kejujuran dan kepercayaan. Kita perlu lebih jeli dan tidak langsung percaya. Perusahaan juga sebaiknya jujur saat menggunakan teknologi ini. Karena pada akhirnya, yang kita butuhkan bukan hanya konten yang menarik, tapi juga rasa percaya dari komunikasi yang jujur. (Api Adyantari, S.A., M.B.A. Dosen Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)