Sanitasi Lingkungan Sebagai Upaya Pencegahan Stunting

Photo Author
- Senin, 16 Juni 2025 | 17:12 WIB
Sri Haryanti SST MSi   (istimewa)
Sri Haryanti SST MSi (istimewa)


Sanitasi Lingkungan Sebagai Upaya Pencegahan Stunting

Oleh: Sri Haryanti SST MSi

 

SANITASI lingkungan adalah salah satu aspek krusial yang sering kali terabaikan dalam upaya pencegahan stunting. Stunting, yang didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, sering kali dipicu oleh berbagai faktor, termasuk asupan nutrisi yang tidak memadai dan infeksi yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting menurun dari 24,4 persen (2021) menjadi 21,6 persen (2022). Data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan angka stagnan di kisaran 21,5 persen . Target pemerintah, sesuai RPJMN 2020–2024, adalah menurunkan prevalensi menjadi 14 persen pada 2024. Oleh karena itu, memperbaiki sanitasi lingkungan tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga merupakan investasi untuk masa depan generasi muda.

Ketika kita berbicara tentang sanitasi, kita merujuk pada berbagai aspek, termasuk akses terhadap toilet yang layak, air bersih, serta pengelolaan limbah yang baik. Di daerah-daerah yang tidak memiliki akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi, anak-anak sering kali menjadi korban dari kondisi ini. Misalnya, di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, banyak keluarga yang masih menggunakan toilet umum yang tidak terawat atau bahkan tidak memiliki toilet sama sekali.

Hal ini menyebabkan limbah manusia mencemari lingkungan sekitar, termasuk sumber air yang digunakan untuk minum dan memasak. Salah satu contoh konkret adalah di daerah Nusa Tenggara Timur, di mana prevalensi stunting cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen anak di daerah tersebut mengalami stunting.

Baca Juga: Kambali Ajarkan Baca Alquran Braile

Salah satu faktor yang berkontribusi adalah kurangnya akses terhadap sanitasi yang layak. Banyak anak di daerah ini mengalami diare yang berulang akibat mengonsumsi air yang terkontaminasi, yang pada gilirannya mempengaruhi penyerapan nutrisi yang mereka konsumsi sehingga menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, dan berkontribusi pada masalah stunting.

Di daerah dengan sanitasi yang buruk, seperti tidak adanya akses ke toilet yang layak dan air bersih, risiko terjadinya penyakit menular, seperti diare dan infeksi saluran pencernaan, meningkat drastis. Penyakit-penyakit ini tidak hanya menyebabkan anak kehilangan nutrisi yang mereka konsumsi, tetapi juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses tumbuh kembang mereka.

Keterkaitan antara sanitasi dan stunting juga dapat dilihat dari aspek psikososial. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tidak bersih dan tidak sehat cenderung mengalami stres dan kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan mental dan emosional mereka, yang juga berkontribusi pada pertumbuhan fisik yang terhambat. Misalnya, anak-anak yang hidup di lingkungan kumuh sering kali mengalami stigma sosial, yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan motivasi mereka untuk belajar dan berkembang.

Baca Juga: PSM UAJY Gelar Konser Newcomers Angkat Kisah Punakawan di Dunia Modern

Selain itu, sanitasi yang buruk juga mempengaruhi pola makan anak. Di daerah yang tidak memiliki akses yang baik terhadap sanitasi, sering kali terjadi kekurangan pangan dan gizi. Keluarga yang hidup dalam kondisi ini mungkin tidak memiliki pilihan makanan yang bergizi, sehingga anak-anak mereka tidak mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal.

Faktor sosial dan ekonomi juga berperan dalam sanitasi lingkungan dan stunting. Keluarga yang tinggal di daerah yang memiliki infrastruktur sanitasi yang baik umumnya lebih mampu menginvestasikan waktu dan sumber daya mereka untuk kesehatan anak-anak mereka. Dengan adanya fasilitas sanitasi yang baik, ibu-ibu akan lebih mudah menjalani praktik kebersihan yang baik, sehingga mendukung kesehatan anak mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X