Sultan Datangi Aksi Demo , Begini Narasi Media
oleh : Dr Octo Lampito MPd
Kunjungan Sultan HB X menemui massa demo di Polda DIY, menciptakan narasi media dan opini publik secara positif. Media lokal maupun nasional bahkan internasional, menggambarkan tindakan Sultan sebagai langkah bijaksana , menenangkan dan meredakan ketegangan.
Narasi yang dibangun media fokus pada peran Sultan sebagai tokoh yang mampu menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Sekaligus menunjukkan kepedulian terhadap aspirasi rakyat.
Opini publik cenderung mengapresiasi sikap Sultan yang turun langsung ke lapangan, berbeda dengan pejabat lain yang dianggap kurang responsif. Kunjungan Sultan dianggap meningkatkan kepercayaan masyarakat, memberikan harapan akan dialog yang lebih konstruktif, dan membuka ruang mediasi yang damai. Media sosial dan berbagai platform berita memberitakan momen ini sebagai simbol kepemimpinan yang merakyat dan responsif terhadap kritikan publik.
Baca Juga: Kulonprogo 'Manekawarna', Buka Rangkaian Peringatan HUT ke-74 Kabupaten Kulonprogo
Maka kunjungan Sultan berhasil membentuk narasi positif yang tidak hanya meredam suasana jadi adem. Namun juga memperkuat citra kepemimpinan yang bijak dan empati di tengah krisis sosial-politik, yang pada akhirnya memperbaiki opini publik terhadap pemerintah daerah di DIY.
Mengapa itu menjadi penting? Sebab akar permasalahan saat ini adalah defisit empati, transparansi, dan komunikasi publik yang efektif serta sikap yang kurang merangkul rakyat sebagai mitra dialog. Untuk memperbaiki komunikasi ini, DPR dan para pejabat negara memang harus meningkatkan transparansi, membangun dialog yang konstruktif dengan rakyat. Mereka musti menunjukkan empati dan kepekaan sosial terhadap kondisi masyarakat.
Pada saat rakyat pada kondisi tidak baik-baik saja dalam soal ekonomi, pengangguran bertambah, sejumlah anggota DPR malah berjoget-joget usai diumumkan kenaikan tunjangan mereka. Dampaknya sangat parah. Penjarahan, pembakaran gedung dan fasilitas umum, dan tewasnya pengemudi ojol Affan dilindas Rantis Brimob.
Baca Juga: Capaian Kinerja Kejari Bantul Selama 2025 Mencapai Target
Gaji dan tunjangan anggota DPR jauh melampaui standar hidup pekerja dan buruh rata rata di Indonesia, memperparah kesenjangan sosial. Menjadi sumber kontroversi besar dalam konteks isu demo dan ketidakpuasan masyarakat.
Parahnya lagi, sejumlah anggota DPR reaktif, menanggapi seolah-olah rakyat yang ingin bubarkan DPR adalah orang tolol sedunia. Semua itu menunjukkan bahwa komunikasi antara DPR dan rakyat di Indonesia saat ini sangat buruk, menjadi satu penyebab utama kekecewaan dan rakyat.
DPR dinilai kurang memiliki empati terhadap kondisi rakyat, terutama di saat ekonomi sulit. Kebijakan seperti kenaikan tunjangan para legislator dianggap fantastis di tengah lesunya daya beli masyarakat memperburuk citra mereka. Informasi yang disampaikan DPR sering tidak transparan dan sering diralat, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan kecurigaan di publik.