KRjogja.com - AKSI demo kembali marak beberapa waktu terakhir ini, dengan berbagai agenda pemyuaraan aspirasi masyarakat. Terakhir, ada jatuh korban pengemudi ojol yang kemudian berdampak makin maraknya aksi demo, tak cuma di Jakarta, namun menjalar di beberapa kota.
Aksi demo bahkan berbuntut bentrok dan menjurus tindak anarkis. Beberapa diikuti aksi bakar bakar yang memunculkan kekhawatiran dan ketakutan di masyarakat.
Dampak yang timbul, aktivitas masyarakat dan kegiatan perekonomian terganggu, karena beberapa toko, bahkan ada mall yang tutup karena takut terkena imbasnya.
Kembali dunia pariwisata mendapat ujian, setelah beberapa kali terimbas dampak bencana, musibah, seperti Covid 19, hingga kebijakan pengetatan anggaran dari pemerintah pusat yang berujung pengetatan anggaran di daerah.
Aktivis hotel, restoran, destinasi wisata, sektor transportasi, hingga industri kerajinan dan aktivitas travel agent mengalami penurunan yang signifikan.
Setelah mulai merangkak naik, sekarang kembali diterpa kekhawatiran dengan maraknya aksi demo.
Pariwisata memang boleh dibilang aktivitas bisnis yang tangguh, tahan banting namun sekaligus rentan. Aktivitas pariwisata bisa dengan mulus mengalami booming, namun juga bisa seketika terjun bebas. Tatkala terjun bebas, dampak ikutannya sangat panjang dan luas. Hampir semua sektor usaha, sangat terkait dengan dunia pariwisata.
Kata kunci 'aman dan nyaman ' begitu melekat dan tak bisa dipisahkan.
Dalam spirit Tourism, Trade, Investment (TTI), sangat jelas bahwa yang menjadi lokomotif adalah tourism. Logika berpikirnya sederhana. Orang ketika berwisata di suatu daerah atau negara, selain menikmati keindahan alam dan segala ikutannya, baik kuliner maupun industri kerajinannya, tak jarang kemudian mengamati adanya peluang untuk berbisnis. Di sinilah aspek 'trade' mulai masuk. Setelah mencoba melakukan kunjungan kembali, maka tak cuma berwisata, namun juga sekaligus berbisnis.
Manakala bisnis dirasakan berkembang dan menguntungkan, maka peluang berinvestasi tak mustahil akan muncul.
Namun semua itu akan terjadi manakala ketika menikmati aspek pariwisata, merasa aman dan nyaman.
Namun, ketika unsur 'tourism' ini terganggu, karena beberapa sebab , termasuk maraknya aksi demo, apalagi yang berujung anarkis, dan terjadi kerusuhan, tentu akan memunculkan rasa takut dan tentunya sulit untuk berlanjut ke 'trade' dan apalagi 'investment'.
Rantai aktivitas ekonomi pariwisata sangat panjang, karena semua aktivitas, mulai perhotelan, restoran, bisnis transportasi, industri kerajinan dan ikutannya, akan berimbas pula pada usaha masyarakat menengah ke bawah. Perajin di desa, petani, pedagang kecil, semuanya merupakan mata rantai kegiatan pariwisata. Jangan sampai keterpurukan sektor pariwisata karena terganggunya aspek keamanan dan kenyamanan sebagai dampak aksi demo yang berkepanjangan, apalagi menjurus ke anarkis, akan dimanfaatkan oleh negara lain kompetitor kita untuk menarik kunjungan wisatawan ke negara mereka yang berujung menarik investasi juga.