KRjogja.com - OPTIMISME dan keragu-raguan mewarnai pandangan tentang laju pertumbuhan ekonomi 2025 dan 2026. BPS baru saja malansir pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan ke-3 sebesar 5,04 persen (year-on-year). Mensikapi ini, Menko Ekuin Hartarto optimis laju perekonomian sepanjang 2025 bisa memenuhi target APBN: 5,2%. Optimisme juga dikemukakan untuk 2026 bisa mewujudkan target 2026: 5,3%.
Sebagai Pemerintah tentu wajar membangun semangat dan percaya diri agar masyarakat lebih giat menggerakkan ekonomi ini. Namun optimisme perlu dibangun dengan data rasional. Jika melihat data K-1, dan K-2 yang masing-masing hanya 4,87% dan 5,12% maka sangat berat mengejar pertumbuhan tahunan 5,2%.
Pada kwartal ke-4 memang Pemerintah, Pusat maupun Daerah, biasanya sangat ekspansif, menggenjot pengeluaran fiskalnya. Ini agar tidak terjadi sisa anggaran yang bisa dikategorikan “tak bisa kerja”. Program dikebut agar anggaran terserap. Sisi positifnya ini akan menaikkan pengeluaran Pemerintah, yang diikuti menggerakkan sektor riel dan ,emdorong konsumsi masyarakat. Namun dengan melihat kinerja kwartal-kwartal sebelumnya, dan situasi ekonomi saat ini, rasanya mustahil mewujudkan laju 5,2% di tahun ini. Untuk mencapai itu laju ekonomi K-4 minimal sekitar 5,7%. Suatu angka yang sulit dicapai.
Baca Juga: Ini Profil Jimly Asshiddiqie, Pimpinan Komisi Reformasi Polri
Bank Indonesia sendiri memperkirakan laju ekonomi 2025 sekitar 5%. Begitu pula lembaga ekonomi-keuangan global seperti IMF, Bank Dunia, IDB, dan OECD kompak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 di bawah 5%.
Jika dibandingkan beberapa negara seperti Singapura, Thailand, Malaysia, China, ataupun negara G-20 umumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih tinggi. Namun jangan luopa, basis GDP mereka memang sudah sangat besar. Negara GDP yang besar, laju 2-3% umumnya sudah bagus. Hanya disbanding negara setara seperti Vietnam, yang diperkirakan bisa tumbuh ekonominya lebih 7% tahun ini, Indonesia jauh di bawah. Jika trend tetap seperti sekarang, Vietnam akan segera mengungguli Indonesia kemajuan ekonomi dan pendapatan per kapitanya.
Bagaimana prospek perekonomian Indonesia 2026? Jika kita melihat target dan prediksi dari Pemerintah, maka optimisme masih tetap muncul dengan target tinggi: 5,3%. Namun, lagi, dengan melihat ekonomi riel di masyarakat, dan juga situasi 2025, sikap skeptis lah lah yang terjadi.
Perekonomian dunia masih terus mendapat tekanan, dan juga dipengaruhi tensi politik global yang tinggi, sertaancaman perang dagang, yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sebagai perekonomian yang sangat terbuka, Indonesia pun akan terdampak dari situasi global tersebut.
Baca Juga: Mampir di 9 Kota, Ini 15 Film Jepang dan Jadwal JFF 2025
Adanya pembebanan kenaikan tarif impor tambahan ari Amerika Serikat merupakan salah satu faktor melahirkan proyeksi lebih pesimistik. Dengan alasan yang hampir sama dengan IDB, Bank Dunia memproyeksi lebih rendah untuk laju ekonomi Indonesia, yakni 4,8%tahun 2026. IMF hanya mempredikasi laju ekonomi Indonesia 2026 sebesar 4,9%. Bahkan, Bank Indonesia pun membuat range yang lebar untuk predikasi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026 antara 4,7% hingga 5,5% atau titik tengah 5,3% pada 2026. Range yang lebar ini menunjukkan bahwa ketidakpastian masih akan sangat tinggi pada 2026.
Melihat kinerja tahun pertama Pemerintahan yang sekarang, maka tidak mudah mewujudkan mimpi besar Presiden untuk untuk mencapai pertumbuhan 7-8% di akhir Pemerintahannya. Ini memang sudah didengungkan saat kampanye. Namun apakah harus dipaksakan, at all cost, memenuhi ambisi laju 7-8%?
Pertumbuhan yang tinggi saja sebetulnya tidak banyak bermakna bagi kesejahteran Masyarakat luas manakala itu hanya didukung pelaku ekonomi besar, konglomerat, ataupun investasi asing yang padat modal. Pertumbuhan ekonomi demikian bisa mendorong pertumbuhan tinggi, namun hanya dinikmati sebagian pelaku ekonomi sektor modern. Pertumbuhan tinggi tetapi tidak menetes ke bawah. Hasilnya, tingkat kesenjangan pendapatan Masyarakat tetap tinggi, yang tercermin dari Gini Ratio mendekati 0,4.
Baca Juga: Ajang Asian Local Currency Bond Award 2025, BPJS Ketenagakerjaan Raih Dua Penghargaan Bergengsi