Serangan yang dilancarkan oleh pasukan Indonesia terhadap Sekutu di Ambarawa tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 merupakan suatu gerakan pendobrakan, secara serentak dan besar-besaran dari berbagai arah pada jarak dekat agar timbul kepanikan pihak Sekutu. Atas kegigihan pasukan TKR, maka sekutu mendatangkan bantuan pengerahan pesawat tempur Mustang (Moncong Merah) untuk membalas serangan pasukan TKR dan sekaligus melindungan pasukan Sekutu selama pengunduran dari Ambarawa menuju Semarang pada tanggal 15 Desember 1945 pukul 17.30.
Keberhasilan TKR mengusir pasukan Sekutu dari Ambarawa, berarti mematahkan grand strategy Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia sesuai dengan Perjanjian Postdam yang dilanjutkan Perjanjian Chequers. Keberhasilan pertempuran Ambara membuktikan Panglima Divisi V Kolonel Sudirman sebagai seorang panglima perang, dan atas keberhasilannya meyakinkan Presiden RI Soekarno untuk melantik menjadi Panglima TKR dengan Pangkat Letnan Jenderal pada tanggal 18 Desember 1945.
Sekalipun pertempuran Ambarawa melibatkan berbagai unsur kesatuan yang lain, namun kemenangan itu sepenuhnya diraih oleh keunggulan strategi dan taktik bertempur Angkatan Darat, dan oleh sebab itu peristiwa tersebut diabadikan sebagai 'Hari Juang Kartika' yang diperingati oleh Angkatan Darat setiap tanggal 15 Desember.
*)Kepala Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat (2013–2014), Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (2018-2023), Dosen Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi (FTTI) Unjaya.(Brigjen TNI (Purn) Dr Drs Djoko Susilo ST MT IPU ASEAN Eng)