Namun, lika-liku perjuangan menghapus diskriminasi belum berakhir. ‘Bawaan orok’ patriarkhis, masih kuat bercokol di relung laki-laki. Sehingga di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
Konsep setara dan adil gender, masih belum terakomodasi secara maksimal. Sayup-sayup terdengar, ada yang mempertanyakan, mengapa begitu banyak perempuan tangguh ikut berjuang bagi negeri ini melawan kolonialisme - tetapi hanya Kartini yang diperingati?
Ya, Kartini adalah simbol dan monumen pengakuan dan penghormatan bagi semua perempuan pahlawan. Untuk itu, Hari Kartini harus tetap diperingati secara bijak. Negara melalui bidang kementerian harus selalu bertanggungjawab, wajib terus memandu menelaah substansi dasar makna Hari Kartini. Yakni berjuang pada ranah konsep dasar ideologi emansipasi dan pemberdayaan perempuan. Ideologi ini terus berkembang, sesuai tantangan zaman.