PERINGATAN Hari Kebangkitan Nasional di era disrupsi menjadi sebuah babagan baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut harus disikapi dengan bijaksana. Penyikapan era disrupsi dalam konteks budaya layar seyogianya dilakukan lewat penguatan upaya personal branding dan budaya literasi.
Hal ini penting. Mengingat buta budaya literasi menjadi gejala global akibat terpaan budaya layar. Untuk itu, sudah saatnya pejabat penyelenggara negara sebagai sosok dituakan, memberikan perhatian atas realitas sosial yang berkembang di masyarakat. Dalam perspektif budaya visual, pemerintah harus memberikan contoh kepada rakyatnya untuk memajukan budaya literasi. Salah satu caranya dengan membuat program pemajuan budaya literasi. Titik fokusnya terpatrikan lewat aksi menulis, membaca, membeli dan mencintai buku.
Program pemajuan budaya literasi adalah aktivitas mulia bagi manusia. Keberadaannya sanggup menyerap energi positif yang ditiupkan ilmu pengetahuan. Ia juga memiliki kesaktian membabar wawasan keberagaman ilmu pengetahuan yang berkelindan di jagat raya.
Manakala ajakan pemajuan budaya literasi untuk hidup bersama buku menjadi sebuah kesepakatan nasional. Langkah berikutnya, bersama merentang dunia mengisi hidup dan kehidupan ini dengan aktivitas kreatif. Jalannya lewat tindakan dan pemikiran positif. Hasilnya berdaya berguna bagi sesama umat. Jejaknya menjadi tapak representasi budaya visual peradaban manusia.
Kebiasaan Menulis
Program pemajuan budaya literasi menjadi bagian hukum alam yang kekal. Ia mewajibkan kepada siapa pun untuk mengisi hidup dan kehidupan ini secara positif. Salah satunya dengan menyelaraskan akal pikiran dengan nalar perasaan. Keduanya wajib dipupuk dalam upaya pemajuan budaya literasi secara heterogen. Untuk itu, pengembangan beragam pengetahuan dan wawasan intelektual mutlak dilakukan secara bertanggung jawab. Hal itu harus menjadi tekad bersama, agar rakyat Indonesia terhindar dari telikungan kekerasan zaman yang ditiupkan segelintir orang tidak bertanggung jawab.
Ketika pemajuan budaya literasi mampu mengikis buta budaya literasi. Hal ini memberikan dampak positif bagi generasi milenial. Saat pemajuan budaya literasi bertumbuh, ditandai meningkatnya kebiasaan menulis dan membaca buku. Aktivitas rekreatif tersebut tanpa disadari menjadi ajang menabung ilmu pengetahuan dan diyakini mampu menangkal berkelindannya berita bohong.
Sudah menjadi rahasia umum, peternak berita bohong menawarkan dagangan berita bohong. Pesatnya perkembangbiakan berita bohong ditengarai akibat iming-iming iklan serta keterlibatan pihak penyandang dana. Tengara lainnya, pengguna medsos mengejar banjir perolehan jempol like. Hal itu diposisikan sebagai bagian eksistensi diri di tengah realitas sosial jagat budaya layar.