Di sisi lain, perkembangan situasi tatanan kehidupan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini berubah sangat cepat, sehingga mudah mengendorkan ikatan kemajemukan. Masalah-masalah yang berkaitan dengan rasa persaudaraan terus terkikis, tetapi egoisme golongan semakin menguat. Banyak kebijakan yang diambil berdasarkan kepentingan golongan, akibatnya rasa keadilan semakin terpinggirkan.
Perubahan dan perkembangan ini tidak saja memperhebat ancaman kemajemukan, yang pada gilirannya membingungkan lapisan masyarakat yang ingin memahami arah perkembangan negeri ini sebagai payung bersama. Kondisi seperti itu banyak berpengaruh terhadap dirinya sebagai individu, tetapi juga sebagai warga negara.
Adalah benar, korupsi harus diberantas, disiplin nasional ditegakkan dan moral bangsa diperbaiki, namun juga perlu disadari, semua itu bisa terjadi, jika keadilan ditegakkan tanpa harus memandang perbedaan dan latar belakang.
Belajar dari pengalaman dari negara-negara yang sedang maupun yang sudah terpecah-pecah, kita harus menyadari benar adanya ancaman terhadap kelangsungan hidup negeri ini. Penghargaan terhadap keberagamanlah yang akan menyelamatkan kelangsungan hidup Republik Indonesia. Tanpa ditopang keberagaman, Indonesia bisa runtuh. Artinya, keberagaman adalah soko guru Indonesia.
(Drs A Kardiyat Wiharyanto MM. Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 21 Februari 2018)