Ketiga, peningkatan ketrampilan komunikasi. Untuk menguatkan gerak bersama dalam menyokong moderasi Islam secara global, skill komunikasi merupakan sebuah keniscayaan. Mendiskusikan gagasan dengan sesama Muslim moderat di seluruh dunia memerlukan komunikasi. Menyampaikan argumentasi di depan pihak yang berseberangan ide meniscayakan komunikasi. Penguasaan ilmu dan keterampilan terkait bahasa asing, teknologi komunikasi serta informasi mutlak selalu ditingkatkan di kalangan kader NU.
Jejaring
Keempat, penguatan jejaring Muslim moderat global. Dalam ranah internasional, terdapat banyak organisasi, lembaga, program maupun tokoh Muslim moderat yang perlu untuk terus disinergikan gerak langkahnya. NU mesti bersikap proaktif untuk mendelegasikan kadernya terlibat dalam dialog sesama muslim moderat di luar negeri dan sebaliknya, aktif menggagas kegiatan serupa di tanah air dengan mengundang pihak dari luar negeri. Harapan besar ada pada Pengurus Cabang Istimewa (PCI) yang kebanyakan digawangi akademisi, untuk membangun sinergi dengan Muslim moderat di luar negeri. Kegiatan konferensi pemuka agama Islam internasional yang telah diadakan olen NU semisal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) maupun Konferensi Ulama Thariqah Internasional mesti terus digalakkan.
Poin-poin di atas hanya beberapa saja di antara banyak prioritas pembenahan NU yang mengusung Islam moderat sebagai semangatnya. Islam moderat yang menjadi harapan bagi ketertiban dan perdamaian dunia tidak akan bertahan begitu saja tanpa perjuangan bersama dari umat Islam yang menganutnya di seluruh dunia.
(Muhyidin Lc MA. Dosen Jurusan Studi Islam Interdisipliner (SII) Fakultas Dirasah Islamiyyah (FDI) Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 2 Februari 2018)