opini

Muhammadiyah Merekat Kebersamaan

Sabtu, 18 November 2017 | 15:34 WIB

MUHAMMADIYAH merekat kebersamaan merupakan tema milad Muhammadiyah yang ke 105 Masehi, 18 November 2017. Tema ini mencerminkan pada dua hal. Pertama Muhammadiyah ingin menandaskan bahwa kondisi bangsa Indonesia sedang dalam kondisi ‘galau’ kebersamaan. Ini diindikasikan dengan aksi tolak menolak terhadap tokoh, hujatan di media sosial, tindakan intoleransi, politik saling menegasikan dan situasi masyarakat yang mulai hilang kebersamaannya.

Kedua Muhammadiyah ingin menunjukkan melalui kiprah - kiprah yang dilakukan di tengah masyarakat merupakan jihad kebangsaan untuk merekatkan kebersamaan bangsa. Tidak hanya untuk umat Islam walaupun persyarikatan ini berasas Islam, tetapi bekerja untuk seluruh masyarakat.

Jauh sebelum Indonesia merdeka 17 Juni 1920 dalam rapat tahunan anggota yang dihadiri lebih 200 anggota dan simpatisan, Muhammadiyah mendirikan bagian (majelis) PKO, Penolong Kesengsaraan Oemoem (umum) yang diketuai Kiai Suja’. Yang menarik dari pendirian PKO ini adalah pilihan nama Penolong Kesengsaraan Oemoem yang mengindikasikan sangat jelas keinginan untuk merajut kebersamaan lintas suku agama ras dan golongan. Muhammadiyah memilih diksi Oemoem bukan umat apalagi warga atau anggota Muhammadiyah, tentu berdasarkan visi dan niatan untuk berbuat baik kepada sesama.

Visi dan niatan tersebut tergambar jelas jika dicermati dari isi pidato KH Ahmad Dahlan tentang PKO, ‘bahwa hajat PKO itu menolong dengan berbasis Islam tanpa membedakan suku, bangsa dan agama’. Penggalan pidato KH Ahmad Dahlan menunjukkan semangat dan spirit untuk melakukan kebaikan kepada siapapun, yang perlu dicatat gagasan tersebut dicetuskan jauh sebelum Republik ini lahir, belum ada jargon kebhinekaan, NKRI harga mati, dan lain sebagainya, Muhammadiyah telah sejak generasi awal menjalankan spirit bekerja dengan asas Islam dan kebermanfaatan untuk sesama.

Spirit PKO ini lah hingga saat ini mendarah daging dalam setiap aktivitas gerak persyarikatan dari pusat hingga ranting di seluruh Indonesia. Di bidang pendidikan Muhammadiyah mendirikan sekolah dan perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur, Papua, Maluku, yang mahasiswa dan siswanya sebagian besar bukan beragama Islam. Dibidang bantuan bencana alam dan kemanusiaan melalui lembaga penanggulangan bencana dan Lazis Muhammadiyah membantu siapapun, termasuk hingga saat ini mendampingi masyarakat terdampak Gunung Agung Bali yang hampir semua beragama Hindu. Itu semua bagi Muhammadiyah adalah amal sholeh yang tidak perlu berteriak - teriak.

Tantangan ke Depan

Bukan waktu yang singkat Muhammadiyah berkiprah ikut memajukan Bangsa Indonesia, sudah 105 Tahun. Tentu masih banyak tantangan bagi Muhammadiyah untuk merekatkan kebersamaan yang pada akhirnya memajukan Bangsa Indonesia. Penulis mencatat minimal ada dua tantangan besar bagi Muhammadiyah untuk merajut kebersamaan.

Pertama tantangan media sosial. Harus diakui bahwa salah satu faktor yang membuat kerenggangan di masyarakat adalah berita yang tersebar di media sosial. Pemanfaatan media sosial secara serampangan bahkan direkayasa untuk memecah belah anak bangsa menjadi tantangan serius bagi bangsa ini termasuk Muhammadiyah. Untuk itu dakwah Muhammadiyah yang mencerahkan harus masuk ke dunia maya. Dibutuhkan divisi dakwah khusus media sosial yang secara serius setiap saat menebarkan dakwah Islam yang mencerahkan.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB