DI TENGAH ancaman dari banyak pihak, referendum pemisahan diri Kurdistan dari Irak akhirnya benar-benar dilaksanakan. Kendati tak langsung diikuti proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Kurdistan nekat menggelar agenda itu sesuai waktu yang direncanakan yaitu 25 September tahun ini.
Referendum 25 September adalah titik simpang berbahaya bagi Irak dan negara-negara kawasan itu. Jika salah menyikapi, bara yang selama beberapa dekade tersimpan siap berkobar dan kembali menghanguskan Irak dan kawasan. Betapa destruktif jika perang harus berkobar lagi di wilayah Kurdistan persimpangan etnis-etnis besar Timur Tengah ini.
Wilayah Kurdistan merupakan spot perjumpaan beberapa etnis dan negara yang berbeda di kawasan. Wilayah yang disebut sebagai Kurdistan Raya dan bangsa Kurdi terbelah ke dalam empat negara berbeda dengan etnis mayoritas beragam. Di sebelah utara adalah Bangsa Turki yang memiliki negara modern dengan perekonomian dan militer sangat kuat serta pimpinan yang nekat kendati keamanan negeri itu labil akhir-akhir ini.
Perbatasan
Erdogan sejak sangat awal sudah mengancam bahwa opsi apa pun bisa diambil jika Kurdistan Irak bersikeras melaksanakan referendum. Kehadiran tentara Turki yang berpetualang di Irak dan Suriah Utara dengan dalih berperang lawan ISIS sesungguhnya untuk menghadapi gerakan separatis Kurdi Turki di negara tersebut. Di sebelah selatan Kurdistan adalah bangsa Arab yang memiliki sekitar 22 negara. Perbatasan langsung di sebelah selatan itu adalah negara Arab Suriah yang sedang mengalami kehancuran akibat perang yang belum benar-benar selesai.
Pemimpin Suriah belum banyak bicara tentang referendum Kurdistan Irak sebab perang di dalam negeri itu masih belum reda. Sementara pemimpin Irak mulai tampak terpecah dalam strategi menghadapi Kurdistan. Antara mengambil aksi militer atau cukup dengan ‘blokade’ disertai tekanan-tekanan politik. Sementara di Sebelah timur Kurdistan adalah bangsa Persia yang dikenal sebagai pemilik peradaban tua. Bangsa ini sulit diremehkan sebab level bangsa ini termasuk para pemimpinnya jauh di atas rata-rata bangsabangsa di Timur Tengah bahkan dunia Islam pada umumnya. Meski ekonomi tidak terlalu kuat, Iran menjadi sangat garang dan menyiapkan militer secara besar-besaran di perbatasan Kurdistan.
Semua negara yang disebut itu memiliki konsen besar terhadap Kurdistan Irak yang sudah mengambil langkah referendum secara unilateral. Dan opsi militer saat ini sudah di depan mata. Tetapi, semuanya juga menyadari apa yang akan terjadi jika mereka memaksakan kehendak menghalangi lahirnya negara Kurdistan. Kurdistan dengan pasukan Peshmerganya pasti tak akan menyerah begitu saja.
Tekanan