opini

Remaja dan Faktor Keluarga

Sabtu, 12 Agustus 2017 | 08:43 WIB

SIDANG Umum PBB Desember 1999, mengeluarkan resolusi yang menetapkan tanggal 12 Agustus sebagai Hari Remaja Sedunia. Dan sejak tahun 2000 Hari Remaja Sedunia mulai dirayakan di berbagai negara. Apa maknanya untuk kita?

Menurut Dr Joseph Rauh (2012), secara umum masa remaja dibagi ke dalam tiga tahap yaitu: remaja awal, mulai pada usia delapan hingga empatbelas tahun. Remaja tengah, antara usia limabelas hingga tujuhbelas tahun dan remaja akhir. Usia delapanbelas hingga duapuluh satu tahun. Pada rentang waktu ini remaja mengalami masa pubertas yang ditandai oleh empat tugas perkembangan.

Pertama, perkembangan fisik dengan semakin kuatnya ciri-ciri seks primer dan seks sekunder pada anak perempuan dan anak lakilaki, hingga mampu melakukan tugas reproduksi. Kedua, perkembangan intelektual, di mana remaja mulai memahami berbagai persoalan hidup, meskipun cakupan pemahaman mereka sempit sehingga belum mampu mempertimbangkan akibat jangka panjang dari suatu perbuatan.

Ketiga, perkembangan emosional, di mana remaja cenderung melepaskan diri dari pengaruh orangtua dengan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebaya. Keempat, perkembangan sosial, di mana lingkungan sosial remaja meluas mencakup teman sebaya, teman perempuan, guru, tokoh idola, hingga kelompok sosial dan etnis yang berbeda.

Faktor Keluarga

Umumnya orangtua yang tidak siap menghadapi perubahan fisik dan perilaku remaja akan merasa kehilangan keintiman dengan anakanak mereka. Keintiman remaja justru semakin tertuju kepada teman-teman tongkrongannya. Orangtua tak perlu menginterpretasi transisi alamiah ini sebagai isyarat bahwa anak-anak telah meninggalkan mereka.

Sebaliknya, dukungan dan arahan emosional dari orangtua tetap diperlukan agar remaja dapat melewati masa pubertas ini dengan berhasil. Para remaja sedang membentuk diri menjadi individu yang berkepribadian unik, bersama minat, hobi dan bakat yang berbeda. mereka itu sedang berjuang membentuk identitas sendiri. Dalam proses ini, terkadang mereka merasa aneh dengan bentuk tubuhnya dan mendadak jadi narsistik.

Minat dan cara berpakaian mereka ditentukan oleh selera kelompok sebaya. Mereka cenderung moody sehingga sulit ditebak. Mereka juga kadang terkesan cuek bahkan kasar terhadap orangtua. Sering mengeluh karena merasa orangtua terlalu mencampuri urusannya. Padahal mereka banyak melakukan kesalahan dan cenderung kembali kepada perilaku anak-anak, terutama ketika sedang stres.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB