opini

Gerakan Ekonomi Hijau

Sabtu, 14 Januari 2017 | 23:54 WIB

HAMPIR satu pekan ini, masyarakat kita dihebohkan dengan melonjaknya harga cabai. Isu melonjaknya harga cabai juga menghiasi halaman berbagai media cetak dan elektronik, sempat juga menjadi viral dalam pembicaraan di media sosial.

Masyarakat sangat beragam dalam menyikapi melonjaknya harga cabai ini. Ada yang menilai positif ada pula yang menilai negatif dengan menyalahkan orang lain yang dianggap sebagai biang kenaikan melonjaknya harga cabai.

Kalau ada yang bertanya siapa yang diuntungkan? Dalam hal ini bisa siapa saja tergantung pada apa motif dan kepentingannya. Ada yang mengatakan petani lebih diuntungkan, ada juga yang mengatakan tengkulak yang lebih diuntungkan. Saya kira tidak perlu mencari siapa yang diuntungkan karena itu sebenarnya adalah hanya bagian kecil dari suatu yang besar. Menanam cabai adalah bagian kecil dari aktivitas yang dilakukan petani dari waktu ke waktu. Tidak selamanya petani menanam cabai, selangseling tanaman sudah menjadi kebiasaan. Hanya saja petani menyesuaikan kondisi cuaca dan musim. Kapan dia harus menanam padi dan kapan dia harus menanam cabai.

Gerakan Ekonomi Hijau

Ada kalangan masyarakat yang menilai, melonjaknya harga cabai ini meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan ekonomi hijau. Yakni gerakan untuk melakukan penanaman sayuran dan tanaman-tanaman buah di lahan-lahan sempit yang masih dimiliki masyarakat.

Ekonomi hijau dapat dilihat sebagai paradigma ekonomi baru yang mendorong pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, sekaligus mengurangi risiko kelangkaan lingkungan. Secara prinsip ekonomi mahalnya harga cabai itu karena langkanya di pasaran. Kelangkaan itu bisa dikurangi dengan gerakan ekonomi hijau ini.

Perekonomian seperti ini dapat secara tajam mengurangi atau bahkan memperbaiki kerusakan lingkungan. Sekaligus mengurangi dan membantu adaptasi terhadap perubahan iklim. Ini merupakan ekonomi alternatif yang berlandaskan pada pengakuan nilai alam untuk masyarakat dan penggabungan modal alam ke dalam kebijakan ekonomi dan pengambilan keputusan di sektor swasta.

Sesungguhnya konsep ekonomi hijau telah berkembang luas untuk menanggapi kebutuhan terhadap strategi pembangunan rendah karbon. Namun tidak hanya secara dramatis mengurangi karbon dengan intensif. Ekonomi hijau khususnya di negara-negara yang masih memiliki hutan harus sepenuhnya menghargai modal alam sebagai mesin pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan ekologi dan biaya ekonomi tinggi menjadi perhatian yang serius yang melatarbelakangi adanya gerakan ekonomi hijau.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB