opini

Indek Daya Saing dan Anggaran Riset

Jumat, 13 Januari 2017 | 06:56 WIB

AWAL tahun 2017 Indonesia disuguhi dengan beberapa isu politik, sosial, ekonomi maupun pendidikan. Pada aspek politik mencuat tentang isu jual beli jabatan, bukan hal baru namun kembali populer setelah adanya operasi tangkap tangan KPK atas Bupati Klaten. Pada aspek pangan persoalan klasik tentang harga dan stok pangan yang seolah asyik dengan ”dirinya sendiri” naik turun silih berganti tak terkendali, dan yang terbaru adalah pedasnya harga cabai yang mencapai di atas Rp 100 ribu/kg. Pada pendidikan dihadapkan dengan isu pemangkasan anggaran untuk riset/ research and development/ R&D. Berbagai isu tersebut tentu dapat mempengaruhi prestasi kemajuan negara.

Salah satu cara mengetahui kemajuan negara dapat dilakukan dengan pengukuran indek daya saing global global competitiveness index (GCI). Penilaian peringkat daya saing global ini didasarkan pada 113 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar daya saing. Keduabelas pilar tersebut yaitu institusi, infrastruktur, kondisi dan situasi ekonomi makro. Kemudian kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi (Kemenkeu, 2015).

Potensi

Indonesia memiliki potensi menjadi negara besar, tidak hanya karena wilayahnya yang luas dan penduduknya yang banyak, namun juga karena sumber daya alam (mineral dan biodiversity flora fauna) yang luar biasa. Persoalan kompleks termasuk manajemen, sumber daya manusia (SDM) dan teknologi berperan penting di dalamnya. Sebagai negara yang masih dalam kategori berkembang berarti masih dalam pencarian format menuju kemapanan (negara maju), perlu penguatan kepekaan terhadap potensi-potensi yang dapat menguatkan dan meruntuhkan citacita, kemudian perlu mulai dari mana juga dapat disimulasikan.

Dalam hal ini peran research and development (R&D) sangat diperlukan. Perkembangan teknologi sangat erat kaitannya dengan perkembangan ilmu, dan jalur produksi teknologi melalui R&D. Karena bisa dikatakan, teknologi yang berkembang di Indonesia mayoritas masih impor (58% dari Jepang, Jerman Tiongkok), sehingga kita hanya user atau minimal assembling. Untuk menjadi negara kokoh dan kuat perlu memiliki fondasi teknologi yang kuat.

Boleh jadi pengembangan teknologi berbasis potensi yang genuine dari Indonesia adalah jawaban untuk kejayaan bangsa, yaitu teknologi ‘manufakturí menuju industrialisasi yang berbasis pada pengolahan produk agro dan biodiversitas flora fauna Indonesia, dan bukan teknologi ‘manufakturí impor. Hal tersebut tentu perlu ditelusuri dengan R&D dan ditopang oleh politik kebijakan yang mendukung terhadap produk R&D.

Anggaran R&D

Pada negara maju atau negara berkembang yang progresif, rata-rata mengalokasikan anggaran cukup besar untuk R&D. Korea Selatan menganggarkan dana untuk R&D sebesar 5% dari PDB, Israel 4% PDB, Jepang 3,5% PDB, Amerika Serikat mendekati 3% PDB, Singapura 2,36 % PDB, Tiongkok di atas 2% PDB, Malaysia mendekati 2%, dan Vietnam 0,1% PDB. Indonesia hanya mengalokasikan anggaran 0,09% dari PDB. Hal itu sangat mempengaruhi GCI Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB